Cegah Perpecahan, MUI Sulsel Segera Programkan Pendidikan Ulama
Pasalnya, turur kata, sikap,dan perilaku harus menjadi pengayom bagi ummat muslim di lingkungan sekitarnya.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Ina Maharani
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM,MAKASSAR - Musyawarah Daerah ke VII Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulawesi Selatan akhirnya selesai dengan lancar dan khidmat.
AGH Sanusi Baco kembali dipercayakan memimpin lembaga yang mewadahi ulama, zu’ama, dan cendikiawan Islam Indonesia di wilayah Sulawesi Selatan periode 2016-2021.
"Alhamdulilah. Mengapa, apa kenapa dan kapan? Inilah yang terjadi seperti saat sekarang ini," ujar Gurutta Sanusi, Minggu (31/7/2016) usai ditetapkan sebagai Ketua MUI Sulsel di Musda ke VII yang dilaksanakan di Hotel Sheraton, Jl Landak Baru, Makassar.
Ia menyebutkan amanah ini tidak sekadar menjalankan struktur organisasi, tetapi bagaimana menjalankan amanah ini untuk memuliakan ajaran-ajaran agama Islam.
Tak sampai disitu, Sanusi Baco memberikan kelakar dengan menyebut celakalah orang itu jika memiliki rumah mewah namun tak pernah ruku' (shalat).
Betapa tidak, orang yang tak pernah shalat itu dihargai sebesar harga 1 semen sak.
Jika hal itu terjadi kata Sanusi, semen lebih berharga dibanding pemilik rumah yang tak pernah ruku.
Menjalankan ibadah dan ajaran agama adalah jalan menuju kebaikan dan yang lurus.
"Assalatu hairu minannau. Ayo cepat maki pergi shalat. Itu yang utama," Sanusi menambahkan.
Sebagai organisasi kebenaran, MUI Sulsel kata Sanusi adalah organisasi yang sangat rapi.
Pasalnya, turur kata, sikap,dan perilaku harus menjadi pengayom bagi ummat muslim di lingkungan sekitarnya.
Saat ini, MUI Sulsel khawatir akan berkurangnya para ulama di negeri ini.
Berbagai dampak yang akan timbul ketika ulama tak ada didalam sebuah kehidupan sehari-hari, salah satunya perpecahan antar umat beragama.
Seperti dicontohkan, yakni ksruh di Tanjung Balai, Sumatera Utara. Warga Tionghoa melakukan akso pembakaran rumah ibadah, Vihara.