Prof Dr Nasaruddin Umar: Perbanyaklah Silaturahmi dengan Orang Meninggal
Hanya saja, cara bersilaturahim dengan orang wafat dinilai tidak populis dan dianggap tidak masuk akal oleh para pemuja keagungan akal.
Penulis: Thamzil Thahir | Editor: Anita Kusuma Wardana

Laporan Wartawan Tribun Timur, Thamzil Thahir
TRIBUN-TIMUR.COM-Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Dr Nasaruddin Umar MA didaulat membawakan Hikmah Halal Bi Halal, Silaturahim dan Reuni Akbar Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) / Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) Ujung Pandang di Kampus Al Hidayah, Eks Asrama Haji, Jl Perintis Kemerdekaan Km 18, Kelurahan Daya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar, Sabtu (9/7/2016) siang.
Di hadapan Kakanwil Kemenang Sulsel Abdul Wahid Thahir, Sekretaris Kemanag Sulsel Rappe, mantan Kepala MAPK Ujungpandang (1987-1991) Drs M Arsyad Parenrengi, Ketua PC NU Sulsel Dr Baharuddin HS, sejumlah Kepala Kemenang di Sulsel, tenaga pengajar, dan sekitar 450-an alumnus MAPK/MAKN dari 22 angkatan (1987-2012).
Saat membawakan hikmah, semua hadirin menyimak. Nyaris tak ada suara berisik. Kondisi ini, berlangsumg hampir 45 menit. Materi ceramah Wakil Menteri Agama RI (2004-2014) ini mengingatkan pentingnya silaturahim dengan orang-orang yang sudah meninggal dunia.
"Jadi bukan hanya dengan orang yang masih hidup kita silaturahim, justru yang silaturahim yang baik itu dengan meraka yang sudah di alam basrah," ujarnya.
Pendiri Pesantren Al Ikhlas Ujung, Bone ini mengistilahkan silaturahmi itu dalalam epsitemologi tasawwuf dengan ungkapan Tajassudil Amal.
Prof Nasaruddin Umar meminta agar melembagakan silaturahim dengan orang meninggal itu, dengan mengutip ayat
"Innallaha A wamalaikatihu yusalluna ala nnabi, (sesungguhnya Allah pun bershalawat kepada Nabi Muhammad). Alquran menggunakan istilah Yuslunna (memberi shalawat) itu dengan kata fiil madi (kata kerja masa lampau),"ujarnya.
Dia menyebutkan, alanglahkah pelitnya orang yang masih hidup itu jika tak mengirimkan doa ke orang meninggal dunia.
Para Auliyaa (wali-wali) terdahulu, banyak belajar bisa menulis buku dalam sehari, karena mereka rajin bersilaturahim dengan para pendahulu dan guru-guru mereka.
"Para auliaya itu 90 persen orang meninggal. Alangkah miskinnya seorang jika gurunya masih hidup, semakin banyak gurunya yang sudah meninggal, berarti kian luas dan dalam ilmunya,"tambahnya.
Menurutnya, orang yang bisa berkomunikasi dengan orang yag sudah wafat memiliki keistimewaaan. Dia mencontohkan Imam Askalani, Imam syafiii, yang mengarang kitab al Umm, banyak dan dengan lancar, karena sebelum menulis membacakan shakawat ke nabi, dan membacakan Alfatihah kepaa orang-orang terdahulu.
Hanya saja, cara bersilaturahim dengan orang wafat dinilai tidak populis dan dianggap tidak masuk akal oleh para pemuja keagungan akal.
"banyak ilmuan modern yang tak percaya dengan Astrologi, atau orang-orang yang belajar dengan medium spiritual,"jelasnya.
Donor Darah
Sekitar 15 alumni Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) / Madrasah Aliyah Keagamaan Negeri (MAKN) UJungpandang, mendonorkan darahnya, di acara Reuni