Konsultasi Ramadan
Yang Mana Duluan, Bayar Nazar atau Zakat?
Apabila kewajiban melaksanakan nazar bertepatan dengan waktu penunaian zakat fitrah, maka menunaikan kedua-duanya lebih utama
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR -
Pertanyaan
Assalamualaikum Pa Ustad. Mana yang harus saya dahulukan membayar nazar atau zakat?
+628129443***
Jawaban
Tergantung Kondisi Nazar dan Haul Harta
Untuk memilih mengedepankan salah satunya, diperlukan kejelasan mengenai tingkat keterdesakannya. Zakat mencakup dua kategori. Pertama, zakat mal (harta), wajib dikeluarkan setelah cukup nisab dan/atau haulnya. Kedua, zakat fitrah, zakat orang berdasarkan makanan pokoknya. Zakat fitrah wajib dikeluarkan hanya dalam bulan suci ramadlan sampai sebelum pelaksanaan salat Idulfitri.
Apabila kewajiban menunaikan nazar bersamaan dengan terpenuhinya syarat kewajiban zakat harta, maka yang lebih utama adalah menunaikan kedua-duanya. Akan tetapi, jika terdapat keadaan yang sangat tidak memungkinkan memenuhi kedua-duanya sekaligus, maka melunasi utang nazar lebih didahulukan. Misalnya, seseorang bernazar akan menyumbang kepada anak yatim dari sebahagian hasil pertaniannya setelah panen, namun sumbangannya itu akan mengurangi nisab hasil pertaniannya, maka menunaikan nazar lebih didahulukan daripada membayar zakat. Nazar dalam hal ini telah membebankan utang pada hasil panennya, sedangkan hasil itu belum dinyatakan sebagai penghasilan bersih jika masih ada sangkutan utang. Dengan demikian, hasil panennya belum termasuk kategori cukup nisab dan karena itu tidak wajib zakat.
Apabila kewajiban melaksanakan nazar bertepatan dengan waktu penunaian zakat fitrah, maka menunaikan kedua-duanya lebih utama.
Jika terdapat keadaan yang hanya memungkinkan salah satunya ditunaikan, maka menunaikan kewajiban zakat fitrah lebih didahulukan, dengan konsekwensi kaffarah atas tidak terlaksananya nazar.
Zakat fitrah didahulukan karena, pertama: zakat fitrah menyangkut person atas makanan pokoknya, bukan harta. Sedemikian pentingnya zakat fitrah bagi person sehingga disebut sebagai pembersih bagi orang berpuasa. Ibnu ‘Abbas meriwayatkan bahwa raulullah saw. mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih bagi orang yang berpuasa (HR. Abu Dawud dan Turmudziy). Kedua, tidak ada mekanisme penebusan atas kelalaian menunaikan kewajiban zakat fitrah, sedangkan pada nazar terdapat kaffarah sebagai tebusan bagi yang tidak melaksanakannya. Kaffarah atas tidak terlaksananya nazar sama dengan kaffarah melanggar sumpah (HR. Muslim), yaitu memberi makan 10 orang miskin atau memberi pakaian kepada 10 orang miskin atau membebaskan budak. Jika tidak menyanggupi salah satu dari ketiga hal tersebut maka diwajibkan baginya berpuasa tiga hari, berdasarkan firman Allah swt dalam Qs. Al-Maidah/5:89:”Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kaffarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kaffaratnya puasa selama tiga hari.
Yang demikian itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya)”.Wallahu a’lam.(*)