Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Reklamasi dan Kesalahan Berpikir Pemerintah, 'Hanya Merusak'

Reklamasi hanya merusak

Editor: Ilham Mangenre
TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR
Kondisi jembatan yang menghubungkan dua kawasan reklamasi Centre Point of Indonesia (CPI) Makassar yang terekam dari udara menggunakan Drone, Selasa (1/3/2016). Jembatan berbentuk tongkonan ini memiliki panjang 80 meter dan lebar 40 meter. Hingga kini, proyek jembatan itu telah menelan anggaran sebesar Rp101,5 miliar. TRIBUN TIMUR/SANOVRA JR 

Reklamasi hanya merusak

Adapun potensi kerusakan reklamasi adalah potensi kerusakan alam dan kemaritiman, termasuk nelayan, juga sangat besar.

Baca juga:

[Danny: Proyek CPI Paling Besar Pelanggarannya]

[Gubernur Syahrul Minta Danny Urus Proyek Reklamasi CPI]

[Soal CPI, KPK Bisa Tahan Gubernur]

[Legislator: CPI Masalah Besar]

[CPI, Rintisan SYL, Jatuh ke Tangan Ciputra]

[ACC: CPI Bikin Rantasa Makassar]

[Pemprov Kembali Ajukan Anggaran Tambahan Pembangunan CPI]

[Pemprov-Pemkot Memanas di CPI]

Reklamasi untuk keperluan infrastruktur seperti pelabuhan laut dan bandar udara pun perlu dirasionalisasi agar sekecil mungkin, bukan sebesar mungkin.

"Yang harus besar itu kapasitas, bukan luas. Banyak pelabuhan dan bandara di dunia yang kompak tapi kapasitasnya tinggi, bukan karena luas, tapi karena tata ruang, manajemen dan teknologi yang baik," papar Marco.

Karena potensinya merusak, maka menurut Marco reklamasi tidak ada manfaatnya. Meskipun berbagai kalangan, termasuk pengembang berargurmen bahwa proses produksi reklamasi, termasuk produksi bangunan di atasnya, akan menambah pertumbuhan ekonomi.

Tetapi, pertumbuhan ekonomi tersebut tidak menjawab kebutuhan mendasar kota yang notabene banyak dan belum terpenuhi. Kalau sudah demikian, buat apa mereklamasi pantai?

Sumber: Kompas.com
Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved