Kemanag Sulsel: Pendiri Gafatar, Orang yang Tak Bersyukur
Yang membuat Wahid angkat bicara, karena latar belakang Mahful sebagai dosen UIN Alauddin yang dipekerjakan di STAI DDI dan masih menerima gaji.
Penulis: Saldy Irawan | Editor: Anita Kusuma Wardana
Laporan wartawan Tribun Timur, Saldy
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Kepala Kantor Kementerian Agama Sulawesi Selatan, Abdul Wahid Tahir angkat bicara terkait latar belakang dari pendiri Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar).
Pasca-keluarnya Fatwa MUI bahwa Gafatar adalah organisasi sesat dan para pendiri dan pengikutnya adalah murtad, Kemenag Sulsel, akan memaksimalkan peran 210 kantor urusan agama (KUA) dan sekitar 200a-an penyuluh di 24 kabupaten kota di Sulsel.
"Selain jaringan KUA dan penyuluh, kita juga akan mengembalikan peran sosial-idologi masjid sebagai pusat informasi umat, kita akan libatkan imam dan takmir masjid untuk membendung ajaran ini," kata Wahid.
BACA: MUI Resmi Fatwakan Gafatar Ajaran Sesat
Pendiri Gafatar adalah Mahful. Ayahnya diketahui bernama Muis Tutu, Kepala SD Tonasa II Siloro, di KecamatanBungoro, Pangkep, Sulawesi Selatan.
Selengkapnya Baca: Mauhful Muis yang Kukenal
Yang membuat Wahid angkat bicara, karena latar belakang Mahful sebagai dosen UIN Alauddin Makassar yang dipekerjakan di STAI DDI dan masih menerima gaji.
Menurutnya, Mahful ini tidak bisa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah dan bangsa ini, karena organisasi yang telah merekrut orang dalam misi kesejahteraan malah menjadi binasa.
"Dia itu saya rasa orang yang tidak bersyukur," katanya, Kamis (4/2/2016).
Wahid mengungkapkan, jika sudah dideteksi seperti ini, kedepan Negara tidak akan membayar orang yang tidam mengakui kesejahteraan yang diberikan pemerintah