Usai Datangi Tempat Tawan 'Iron Man' Hari Ini, Doktor Sistim Saraf: Tangan Robot Tawan Hoax
“Sayang sekali, setelah melihat langsung ..."
Optoda fNIRS kami letakkan di daerah yang dari kulit kepala diperkirakan akan mengenai inverted omega (area pada Brain MRI yang berdasarkan homoculus cerebri merupakan tempat di mana tangaan akan membuat gerakan menggenggam).
Bagi para dokter bedah saraf, jika melakukan motor evoked potential pada saat pengangkatan tumor otak, elektroda pun akan diletakkan langsung di cerebral cortex, tepatnya di daerah inverted omega tersebut. Seharunya elektroda diletakkan di tempat tersebut.
Kalaulah hendak dikatakan “tangan robot” digerakkan dengan pikiran, maka elektroda harus diletakkan persis sekitar dua cm di atas alis, bukan mendekati dahi sebagaimana yang selama ini digunakan oleh Tawan.
Dari satu penjelasan ini saja, secara teori dan praktik, apa yang terjadi pada “tangan robot” Tawan sangatlah tidak masuk akal.
Di berbagai macam media disebutkan bahwa Tawan mengidap stroke sejak enam bulan lalu?
Benarkah? Umur Tawan barulah 31 tahun.
Boleh dikata hampir tidak pernah saya temui seorang dewasa muda yang masih berumur 30-an tahun mengidap penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak.
Karena penasaran, saya tanya langsung kepada istrinya (saya sekali Tawan tidak berada di tempat pada saat saya berada di sana tadi pagi) tentang siapa yang memberi tahu bahwa Tawan mengidap stroke.
Jawabannya amat sangat sungguh mengejutkan. Tidak satupun dokter yang pernah berkata bahwa Tawan mengidap stroke.
Para dokter yang memeriksanya – menurut pengakuan sang istri – malah berkata tawan tidak mengidap menyakit apapun.
“Diagnosis” stroke hanyalah diungkapkan oleh Tawan dan istrinya sendiri karena mereka tidak tahu apa nama penyakitnya.
“Ya kalau bukan stroke apa donk kalau tangan lemas begitu..?” kata sang istri dengan polos. Jujur, saya seketika tidak lagi berminat untuk bertanya lebih jauh.
Saat saya mencoba mengangkat “tangan robot” tersebut, memang cukup terasa berat alatnya.
Wajar jika di salah satu media massa Tawan berkata terasa letih setelah memakainya. Semakin aneh, bagaimana mungkin orang yang “mengidap” lemah sebelah tangan mampun menahan beban berat “tangan robot” tersebut.
Secara pribadi, saya harus akui “kreativitas” Tawan patutlah diapresiasi.