Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makassar Banjir Program, Banjir Sampah

Pemerintah Kota Makassar seolah tak berdaya menghadapi 700 ton produksi sampah warga kota dalam sehari

Editor: Aldy

Makassar Kota Dunia itulah visi Muh Ramdhan ‘Danny’ Pomanto saat dilantik menjadi Wali Kota Makassar pada 8 Mei 2014 di Pantai Losari. Segala misi pun dilakukan untuk mewujudkan Makassar kota dunia. Program-program andalan Danny Pomanto pun dikeluarkan untuk mendukung visinya. Boleh dibilang Pemerintah Kota Makassar kali ini banjir program di bawah kepemimpinan Danny Pomanto.
Mulai dari Lorong Garden, Makassar Sombere, Makassar Tidak Rantasa (MTR) dan Smart City. Tahun 2016 ini, Danny Pomanto kembali mencanangkan program andalannya yakni pedestrian terintegrasi sebuah pusat jajan kaki lima, lampu lorong, tutup drainase, peningkatan jalan, pete-pete smartrans, traffic management baru dan publik signage.
Di samping itu Danny Pomanto juga mencanangkan program penghijauan di tahun 2016 ini dengan tanam 100 ribu pohon di pedestrian, membangun ruang terbuka hijau dan membangun taman tematik.
Untuk mendukung smart city, tahun ini Danny Pomanto merencanakan keluarkan kartu multiguna smartcard, layanan telemedicine/home-care, tata lorong dan ruang kontrol atau warroom.
Terus bagaimana dengan program Makassar Tidak Rantasa (MTR)? Program MTR ini banyak menarik perhatian dan simpati masyarakat karena bersentuhan langsung dengan kehidupan warga Kota Makassar. Untuk mewujudkan ini, Danny Pomanto menyiapkan program suplaimen untuk mendukung MTR ini.
Mulai dari Lihat Sampah Ambil (LISA), sampah tukar beras, sampai aku dan sekolahaku tidak rantasa. Tidak hanya itu fasilitas pendukung untuk mendukung program ini pun disediakan seperti tempat sampah gendang dua yang bermasalah dan dinyatakan gagal serta mobil Tangkasaki’.
Namun, sudah sepekan sampah warga Kota Makassar tidak terurus. Sampah bertumpuk di tempat pembuangan sementara. Pemerintah Kota Makassar seolah tak berdaya menghadapi 700 ton produksi sampah warga kota dalam sehari.
Wali Kota Makassar seperti kehabisan akal menyusul armada Tangkasaki’ tak beroperasi karena akses jalan menuju TPA Antang tertutup dan tergenang. “Mau dibuang kemana” kata Walikota Makassar (tribun timur, 30/12/2015).
Makassar darurat sampah. Makassar banjir sampah di tengah banyaknya program-program yang dicanangkan dalam penanggulangan sampah. Program-program itu tak berdaya menghadapi sampah Kota Makassar. Program-program itu bagai tong kosong nyaring bunyinya.
Manusia dan sampah tidak bisa dipisahkan. Mengurus sampah berarti mengurus manusia. Maka, mengatasi sampah tak cukup dengan program yang enak di dengar telinga. Tak cukup dengan program terdengar canggih dan mengesankan. Mengatasi sampah tak perlu dengan pencanangan banyak program tapi kurang dimaksimalkan.
Warga Kota Makassar tak butuh program-program yang banyak. Program-program yang enak didengar di telinga. Program-program yang terdengar canggih dan mengesankan. Warga Kota Makassar hanya butuh bagaimana sampah yang ada dapat diangkut, sampah tidak bertumpuk di jalan. Warga Kota Makassar tak butuh piala Adipura, warga Kota Makassar hanya ingin sampah tidak lagi jadi masalah di tengah tumpukan masalah yang dihadapi setiap hari.
Warga Kota Makassar hanya ingin sampah di kota ini dapat diatasi. Karena itu warga Kota Makassar memilih pemimpin yang bisa mengatasi permasalahan sampah di kota ini. Menghindarkan Makassar dari banjir sampah. Bukan pemimpin yang banjir program tapi tak mampu menanggulangi banjir sampah kota ini.
Apa yang salah dari Makassar Tidak Rantasa ? Membaca redaksi Makassar Tidak Rantasa tentu kita terkesima dengan program ini. Apa lagi ditambah suplaimen program MTR. Namun, kesemua itu berhasil ditakaran wacana gagal dalam implementasi. Apa sebab ? Karena kesemua program yang ditawarkan tidak melibatkan publik dalam perencanaannya. Sehingga publik terasa terpisah dari program MTR. Ini terbukti bagaimana LISA tidak berjalan dengan maksimal kerana dijalankan berdasarkan instruksi bukan lahir dari kesadaran warga Kota Makassar. Begitupun suplaimen lainya, yang gagal dalam implemantasi seperti tempat sampah gendang dua yang Walikota Makassar sendiri mangakuinya. Sampah tukar beras juga tidak berjalan maksimal.
Pemerintah Kota Makassar mesti melihat ulang program-program yang telah dicanangkan dalam penanggulangan sampah di Kota Makassar. Sejauh mana efek program-program itu dalam mengatasi sampah.
Pemerintah Kota Makassar harus mengambil langkah cepat dalam mengaudit sistem pengolahan sampah dan audit dana yang digunakan dalam pengolahan sampah. Supaya titik kelemahannya dapat diketahui. Sehingga pemerintah Kota Makassar dapat memperbaiki titik-titik lemah dari program-program yang ditawarkan itu.
Pemerintah Kota Makasssar mesti membangun sistem pengolahan sampah yang berkesinambungan dan terintegrasi dari rumah tangga sampai ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sudah saatnya Pemerintah Kota Makassar memikirkan kehadiran industri pengolahan sampah.
Menumpuknya sampah di TPS belakangan hari ini karena buruknya akses jalan menuju TPA Antang mesti menjadi pembelajaran berharga dalam penanganan sampah ke depannya. Tapi, problem sampah hari ini bukannya hanya buruknya akses jalan ke TPA, tetapi volume sampah sudah tak sebanding dengan ruang pembuangannya. Pemerintah Kota Makassar hendak memperluas areal TPA Antang. Tetapi walau diperluas tanpa pengolahan maka sampah akan tetap menggunung.
Semoga kedepannya pemerintah Kota Makassar dapat mengatasi masalah sampah di kota ini yang setiap tahun terus bertambah. Dan visi Walikota Makassar menjadikan Makassar Kota Dunia bisa diwujudkan diawali dengan Makassar Peduli Sampah.

Oleh:
Muhammad Iqbal Arsyad
Alumni Pend. Teknik Sipil dan Perencanaan UNM

Sumber: Tribun Timur
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved