Kolom Hati Dr Muammar Bakry Lc
Belajar dari Keimanan Bilal Bin Rabah
Orang beriman 'merasa memiliki' Tuhan untuk membantu dan mengarahkannya kepada yang baik (yukhrijuhum minadzulumati ilannur),
IMAN adalah kata yang di-Indonesiakan. Bisa digolongkan kata sifat. Bisa pula dikategorikan kata kerja.
Itu bermakna, kata ini tidaklah mudah disandang sebagai sifat seseorang kecuali dengan terus berusaha dan bekerja untuk mencapai derajat iman.
Kata Iman dalam bahasa Arab terdapat banyak bentuk. Antara lain Amanna dan imnan yang berarti optimal.
Pengertian ini bermakna bahwa orang yang beriman melakukan pekerjaan dengan baik dan optimal serta meyakinkan, tidak asal-asalan.
Kata ini juga bisa terambil dari akar kata amuna, amanah yang berarti bertanggungjawab. Apabila diberi amanah, artinya seorang mukmin idealnya bukanlah orang yang berkhianat.
Kata iman juga berasal amina, amnan yang berarti tenang atau memberi ketenangan. Maksudnya bahwa orang yang beriman adalah orang yang selalu menjaga diri, orang lain dan lingkungannya tetap aman dan damai. Kehadirannya membuat orang lain merasa tenang, bukan menjadi peneror apalagi teroris.
Makna lain dari Iman adalah ammana, ta'min yang berarti menjamin dan jaminan. Artinya orang beriman digaransi selalu melakukan kebaikan dan manfaat kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang terpandang di masyarakat disebut amma.
Akar dari kata iman yang berarti terpandang karena diberi anugerah (manna) yang juga berakar dari kata iman.
Dalam literatur Islam, iman didefinisikan dengan membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan, dan membuktikan dengan amal perbuatan.
Artinya antara hati, lisan dan perbuatan harus selalu sejalan dan tidak pernah bertentangan. Bukanlah iman, lain di hati lain di lidah, lain di kata lain pula perbuatan. Ini sejalan dengan pepatah Bugis Makassar Taro ada taro gau.
Pengertian iman (baca mukmin) di atas seringkali dilawankan dengan kata "kafir, musyrik dan munafik".
Maka orang mukmin dalam pandangan Islam adalah mereka yang percaya pada hal-hal yang gaib sebagai yang disebutkan dalam beberapa ayat dan riwayat Hadis yaitu memercayai Allah swt, malaikat, rasul-rasul, kitab-kitab, hari akhirat dan qadha/qadarNya sebagai satu kesatuan yang tidak boleh terpisahkan dalam i'tikad.
Dasar keimanan di atas menjadi kekuatan yang amat dahsyat dalam membangun integritas yang kuat dalam kepribadian manusia. Satu di antara manusia yang memiliki integritas kuat dan komitmen keimanan adalah Bilal bin Rabah yang pernah mengalami penyiksaan dari tuannya Umayyah bin Khalaf karena telah memeluk Islam, Bilal yang dibaringkan di atas padang pasir ditindis batu di siang hari yang sangat panas, namun siksaan itu tak membuat akidahnya berubah, malahan ia berkata "Ahad! Ahad! (Allah Maha Esa).
Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Dinar, saya keluar bersama Umar bin Khattab ra ke Makkah, di pertengahan jalan bertemu seorang pengembala kambing. Lalu Umar meminta kepada pengembala untuk menjual seekor kambingnya.
Namun sang pengembala berkata, saya hanya seorang budak yang diamanahkan untuk mengembala kambing-kambing tuan saya.
Umar kemudian berkata, bilang saja kepada tuanmu bahwa satu ekor telah dimakan serigala.
Sang pengembala dengan spontan menjawab, lalu di mana Allah? Mendengar jawaban itu, Umar ra menangis terharu.
Selanjutnya Umar melepaskan dengan membeli budak itu dari tuannya, lalu berkata, saya memerdekakan engkau di dunia semoga Allah membebaskan engkau di akhirat.
Orang beriman 'merasa memiliki' Tuhan untuk membantu dan mengarahkannya kepada yang baik (yukhrijuhum minadzulumati ilannur), tapi orang yang tidak beriman mengikuti thogut (setan) yang selalu mengajak untuk berlaku dzalim.