Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kolom Hati Dr Muammar Bakry Lc

Belajar dari Keimanan Bilal Bin Rabah

Orang beriman 'merasa memiliki' Tuhan untuk membantu dan mengarahkannya kepada yang baik (yukhrijuhum minadzulumati ilannur),

Editor: Thamzil Thahir
zoom-inlihat foto Belajar dari Keimanan Bilal Bin Rabah
dok tribun-Timur/fb
Dr Muammar Bakry LC MA

Refleksi keimanan seseorang terilihat dari sikapnya seperti yang tersebut dalam riwayat, bahwa Iman tergambar dalam 70 tingkatan, yang paling tinggi tauhid dan paling rendah adalah menyingkirkan atau membersihkan kotoran dari jalan.

Maksud dari riwayat itu adalah refleksi keimanan seseorang tergambar dalam budi pekertinya untuk selalu menjaga diri dan alam sekitarnya. Orang yang beriman selalu menjaga kebersihan (annadzaftu minal iman), memiliki rasa malu (siri'), memiliki pendirian yang teguh, tegas dalam bersikap, memiliki semangat yang tinggi dalam melakukan pekerjaan, memiliki rasa peduli kepada orang lain, berjiwa sosial dan selalu berfikir serta melakukan hal-hal yang menjauhkan orang dari segala bahaya.

Iman dan kedzaliman tidak pernah menyatu dalam kepribadian manusia, Nabi pernah menyampaikan dalam makna riwayat Hadis bahwa saat berzina orang tidak beriman, saat mencuri orang tidak beriman, saat mabuk orang tidak beriman.

Hadis yang menyebutkan tiga kegiatan di atas, semata-mata sekedar sampel dari beberapa kedzaliman lainnya, sehingga pesan dari substansi Hadis ini tidaklah berhenti pada tiga hal yang disebutkan, tapi juga mewakili yang lain seperti saat orang korupsi tidak beriman, saat orang menghianati amanah tidaklah beriman, teroris bukanlah orang mukmin, orang yang egois bukanlah orang mukmin dan seterusnya. Karena itu, Iman adalah perbuatan hati yang sangat pribadi, namun dapat tercermin dalam aktivitas tubuh yang sejatinya terefleksi dalam akhlak yang baik.

Puasa yang kita lakukan sesungguhnya berfungsi sebagai pelajaran dalam membina iman manusia supaya kepribadian dan integritasnya lebih kuat. Itulah sebabnya puasa hanya diwajibkan kepada orang yang beriman (allazina amanu) saja, sebab hanya dengan kekuatan iman nilai puasa dapat teraplikasi dalam kehidupan manusia. ( Dr Muammar Bakry Lc, MA; Dosen Fakultas Syariah UIN Alauddin)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved