Tragedi AirAsia
Kok Tak Ada Kursi Nomor 2 dan 13 di AirAsia QZ8501?
Belum ada penjelasan dari pihak maskapai, mengapa nomor baris kursi itu tak ada pada manifest beserta nama penumpang.
Penulis: Edi Sumardi | Editor: Edi Sumardi
MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Entah apakah tak terisi atau memang tak ada.
Di pesawat AirAsia PK-AXC dengan nomor penerbangan QZ8501 dari Surabaya ke Singapura yang mengalami kecelakaan, Minggu (28/12/2014) lalu, tak ada tertera dua baris kursi pada manifest penumpang. Keduanya adalah baris kursi tersebut, baris nomor 2 dan nomor 13.
Pada manifest yang dilansir Kementerian Perhubungan, kursi nomor 1A, 1D, 1E, dan 1F kosong. Satu baris terdiri enam kursi. Kursi terisi pada baris tersebut hanya 1B yang diisi Zoe Man Suen Choi dan 1C yang diisi Chi Man Choi dengan passenger number reference (PNR) sama, yakni QG33SA.
Di baris ke-3, dua kursi kosong, yakni 3D dan 3E. Kursi 3A diisi Soetikno Sia, 3B diisi Jou Christine Yuanita, dan 3C diisi Jou Yongki. Mereka memiliki tiket dengan PNR sama, yakni HYJL2J.
Di baris ke-12, semua kursi terisi. Lalu “lompat” ke baris ke-14. Hanya kursi nomor 14A, 14E, dan 14F yang terisi dengan PNR berbeda-beda.
Belum ada penjelasan dari pihak maskapai, mengapa nomor baris kursi itu tak ada pada manifest. Apakah memang tak terisi atau sejak awal tak ada nomor baris itu?
Di banyak maskapai di Asia, Eropa, Amerika, dan Australia, baris kursi nomor 13 memang sangat jarang digunakan. Angka atau ditakuti karena dianggap simbol kesialan. Sama dengan 14. Namun, di pesawat ini ternyata ada nomor kursi 14.
Sejumlah sumber di maskapai penerbangan mengatakan, mereka menghormati kepercayaan para penumpang yang beraneka ragam.
Dulu, kata seorang staf maskapai penerbangan swasta di Indonesia, pihaknya pernah memiliki kursi nomor 13 dan 14. Namun, saat check-in, ada beberapa penumpang yang mendapat nomor tersebut minta pindah tempat duduk. Dalam perkembangannya, kedua nomor tersebut diputuskan ditiadakan dalam penomoran kursi di pesawat.
Bahkan, tak cuma kursi, beberapa maskapai di Indonesia menghindari kode registrasi yang terkesan seperti angka 13. Kode registrasi umumnya terdapat di bagian ekor pesawat, di dekat pintu belakang atau di bagian bawah vertical stabilizer, yang terdiri atas beberapa huruf. Dalam hal ini, huruf B coba dihindari karena huruf tersebut dianggap seperti angka 13 yang dirapatkan.
Sebagai contoh, jika suatu maskapai memiliki empat unit pesawat, urutan registrasinya menjadi PK-AAA, PK-ACA, PK-ADA, dan PK-AFA. Ini menunjukkan meski dunia penerbangan dioperasikan dengan regulasi yang amat ketat, mitos tetap bisa menyelinap ke dalamnya.(*)