Bocah Makassar Ini Yatim Piatu dan Busung Lapar
Bocah ini hanya terbaring diatas kasur miliknya karena kesulitan biaya perawatan rumah sakit.
Penulis: Hasan Basri | Editor: Imam Wahyudi

MAKASSAR, TRIBUN TIMUR -- Seorang bocah yatim piatu menderita busung lapar ditemukan tergolek lemah di dalam rumah miliknya di jalan ujung lorong 151 no 32, Kelurahan Paranglayang, Kecamatan Bontoala, Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (9/2/2013).
Nurhikma Salvadira (6 tahun), menderita penyakit ini, sejak ia berumur 6 bulan. Bocah ini hanya terbaring diatas kasur miliknya karena kesulitan biaya perawatan rumah sakit.
Hingga sekarang kondisi fisik Nurhikma kian memperihatinkan. Tubuhnya kurus, seperti kaki dan kanan, serta perutnya pun juga membesar.
Nurhikma sesekali berteriak dan menangis menahan rasa sakit yang dideritanya, dan kadang juga tertawa walaupun ia tidak tahu bahwa dirinya menderita penyakit yang sangat berbahaya dan mematikan.
Kesehatan Nurhikma belum bisa dipulihkan sebab meski sering dibawa Posyandu, namun tidak mendapat perawatan, bocah ini hanya diberikan susu dan telur saja.
Pihak keluarganya takut membawa ke rumah sakit sebab kondisi ekonomi mereka tidak memungkinkan, apalagi ayahnya telah lama meninggalkan boca ini semenjak dalam kandungan.
Namun bapaknya sekarang tidak diketahui dimana jejaknya,karena mereka sudah tidak perna mendapat kabar lagi.
Kini ibunyapun yang juga telah meninggal tiga hari lalu. Ibunya meninggal dunia karenakomplikasi paru dan lambung. Ibunya ini juga tidak perna pergi berobat dengan alasan yang sama yaitu kondisi ekonomi yang menjelit mereka.
Boca yatim piatu ini, sekarang bersama Alimudin, dulunya bekerja di
Timika Papua, yang bekerja sebagai tukan ojek, kini harus datang setelah
mendapat kabar bahwa saudaranya meninggal dunia.
Alimuddin, mengatakan, bahwa keponakannya ini sudah lama menderita
penyakit itu, mereka tidak mampu membawanya ke rumah sakit. Selain
karena ibunya sebelum meninggal hanya sebagai penjual campuran di depan
rumahnya. Alimuddin juga hanya sebagai tukan ojek di Timika.
"Saya yang selalu mengirimkan biaya untuk kebutuhan sehari-harinya,
karena suami saudara saya sudah lama meninggalkan mereka," kata
Alimuddin.