Ananda Sukarlan Meriahkan Perilisan Buku Terjemahan Bahasa Indonesia Novel "Don Quixote" di Jakarta
Pada tahun 2002, Nobel Institute di Oslo membuat polling "karya sastra terbaik sepanjang sejarah" yang dipilih oleh 100 penulis terkemuka dari 54 nega
Penulis: Desi Triana Aswan | Editor: Syamsul Bahri
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR- Maestro Pianis Ananda Sukarlan akan hadir dalam perilisan buku terjemahan novel modern pertama di dunia, "Don Quixote" karya Miguel Cervantes di Jakarta, Minggu (14/7/2019).
Acara ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Spanyol di Jakarta.
Pembunuhan Saudara Kandung di Kindang Bulukumba, Polisi: Keduanya Memang Sering Cekcok
TRIBUNWIKI: Kembali Rebut Kursi DPRD Barru, Ini Profil Hajjah Hamsiati
Ia akan memainkan beberapa karyanya berdasarkan sejumlah puisi dari Miguel Cervantes dan Federico Garcia Lorca, mengiringi penyanyi tenor muda yang sangat berbakat, Nikodemus Lukas dari Surabaya yang telah memenangkan kompetisi vokal "Tembang Puitik Ananda Sukarlan" tahun 2013 sewaktu ia masih belasan tahun usianya.
Selain itu, dia juga akan memainkan beberapa karya piano solonya.
Sekilas tentang buku Don Quixote
Novel tersebut dianggap merupakan novel pertama di dunia.
Volume I karya itu diterbitkan tahun 1605, dan menurut Cervantes Institute, ini adalah karya ke-dua yang diterjemahkan ke paling banyak bahasa setelah buku Alkitab.
Menurut Ananda Sukarlan buku tersebut merupakan karya sastra terpenting di dunia.
"Pengaruhnya melebar ke bidang seni lain : musik (Richard Strauss menulis karya orkes dengan judul ini), lukisan (Salvador Dali & Pablo Picasso) dan ballet (pertama kali dikoreografi oleh Marius Petipa, bekerjasama dengan komponis Ludwig Minkus). Istilah "quixotic" dalam bahasa Inggris pun berasal dari sini, yang artinya "mengejar impian/khayalan yang tidak realistis," jelasnya kepada Tribun Timur melalui whatsapp, Senin (1/7/2019).
Ananda Sukarlan menjadi salah satu pembaca buku Don Quixote dalam bahasa Inggris.
"Saya sendiri membacanya pertama dalam bahasa Inggris karena saat itu saya belum tinggal dan bisa bahasa Spanyol, dan saya juga nge-fans berat dengan karya puitik Cervantes sehingga saya membuat beberapa musik berdasarkan Sonet-nya yang di Indonesia pernah dipagelarkan di Ubud Writers Festival oleh soprano Mariska Setiawan," jelasnya.
Karya Cervantes yang lain itulah sayangnya "tenggelam", sambung Ananda, karena kebesaran Don Quixote mungkin seperti Beethoven yang hanya dikenal dengan Simfoni no 5 dan 9-nya saja.
"Walaupun banyak yang menganggap Don Quixote ini "berat", karya ini sebetulnya penuh dengan komedi bahkan sampai ke taraf "slapstick". Justru berbagai satire-nya itu yang sulit diterjemahkan ke bahasa lain. Tapi, ini bukan hanya buku lucu," kata Ananda.
Baginya, Cervantes mengeksplorasi banyak tema yang sangat dalam sambil menggambarkan kesengsaraan dua tokohnya, Don Quixote dan Sancho Panza "pembantunya", termasuk sifat persahabatan dan cinta, kebajikan dan kezholiman, kepercayaan terhadap agama dan tentu saja pertanyaan abadi tentang kondisi mental ksatria (atau peran antagonis?) yang tak terjawab: apakah dia benar gila, atau sebenarnya dia yang waras, dan kita semua yang gila? Banyak karakter yang ia temui dalam perjalanannya membuktikan bahwa ia bisa keduanya, mengundang kita untuk mempertanyakan sifat kegilaan itu sendiri.

Pada tahun 2002, Nobel Institute di Oslo membuat polling "karya sastra terbaik sepanjang sejarah" yang dipilih oleh 100 penulis terkemuka dari 54 negara.