Rudal dan Istrinya Dikeluarkan dari Grup WA, Hamzah Protes
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Sulsel itu memastikan ia yang mengeluarkannya dari grup.
Penulis: Abdul Azis | Editor: Ansar
TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Setelah diberitakan Bendahara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I Partai Golkar Sulsel, Rusdin Abdullah (Rudal) bersama istrinya, Andi Debbie Purnamasari Rusdin, dikeluarkan dari grup Whatsapp DPD Partai Golkar Sulsel A Kadir Halid angkat bicara.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai Golkar Sulsel itu memastikan ia yang mengeluarkannya dari grup.
"Sayakan buat itu grup. Saya kan admin itu grup, saya boleh dong keluarkan orang kalau tidak sependapat dengan saya," jelas Kadir Halid di Gedung DPRD Sulsel, Jl Urip Sumoharjo, Makassar, Kamis (20/6/2019) lalu.
Pencopotan Jumras dan Luthfi Jadi Materi Hak Angket
Anda Suka Makan Ikan Asin? Sebaiknya Hati-hati, karena Berpotensi Sebabkan Penyakit Ini? Kenapa Bisa
Ketua Fraksi Partai Golkar Sulsel tersebut menambahkan, dasarnya apa di keluarkan? Karena sudah banyak informasi menyinggung pribadi orang lalu bercerita di warung-warung kopi.
"Iya kan? Kan tidak layak seorang Rudal bicara begitu, masa seorang tokoh bicaranya di warkop seakan-akan menjelek-jelekkan orang. Kalau ada masalah datang, sampaikan, laporkan," jelasnya.
Terkait pernyataan Kadir Halid, Juru Bicara (Jubir) Rusdin Abdullah, Hamzah Abdullah, menyatakan, pernyataan hal tersebut tidak sepansnya dikeluarkan.
"Kalau ada elit pimpinan partai yang bicara saya yang buat grup Whatsapp partai, saya admin, saya bebas kasih masuk dan saya keluar orang, ini pernyataan arogan dan diktator," kata Wakil Sekretaris DPD II Partai Golkar Makassar itu, Senin (24/6/2019).
Viral, Anak Sapi di Kabupaten Bone Berkepala Dua
FOTO: Orangtua Calon Siswa Baru Berlomba Dapatkan Nomor Antrean di SMAN 5
Dengan hal-hal sekecil ini saja sudah kalap, kata Hamzah. "Kenapa tidak sekalian katakan, saya yang punya partai, yang lain cuman numpang," ujar mantan Caleg Partai Golkar Makassar itu.
Hamzah menambahkan, elit pimpinan partai sebaiknya menjadi pengayom dan teladan bagi kader-kader partai.
"Berdiskusi dengan pimpinan diktator seperti Kadir Halid, sama saja kita diskusi dengan cara pemimpin primitif. Sepertinya Kadir Halid tidak cocok dengan demokrasi," ujarnya.
"Tidak usah lah kita memaksakan sesuatu, apalagi bukan hak kita. Karena yakin saja, kalau kita punya niat rampas haknya orang lain, suatu ketika kita akan kehilangan yang lebih besar," Hamzah menambahkan. (*)
Laporan Wartawan tribuntimur.com/ Abdul Azis Alimuddin
Langganan Berita Pilihan
tribun-timur.com di Whatsapp
Via Tautan Ini http://bit.ly/watribuntimur
Subscribe YouTube Tribun Timur
Juga Follow IG resmi Tribun Timur