Di Hari Disabilitas Internasional, SLBN 1 Wajo Masih Kekurangan Tenaga Pendamping
Kepala SLBN 1 Wajo, Dahniah D, mengungkapkan bahwa SLB tersebut sudah berdiri sejak 1984.
Penulis: Hardiansyah Abdi Gunawan | Editor: Arif Fuddin Usman
Laporan wartawan TribunWajo.com, Hardiansyah Abdi Gunawan
TRIBUNWAJO.COM, WAJO - Terletak di Jl Serikaya No 13 C (kini bernama Jl Rustam Efendi), Kelurahan Lamadukkelleng, Sengkang, Kabupeten Wajo, Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Wajo tersebut menampung 74 siswa yang terdiri dari penyandang tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunawicara, tunadaksa, dan penyantang autis.
Di SLBN 1 Wajo tersebut, terdiri dari tingkat 52 siswa SD, 14 siswa SMP, dan 8 siswa SMA. Bahkan, ada sekitar 25 anak yang tinggal di asrama SLBN 1 Wajo yang disediakan.
Kepala SLBN 1 Wajo, Dahniah D, mengungkapkan bahwa SLB tersebut sudah berdiri sejak 1984.
Baca: Pelajaran Berharga dari Kesuksesan Sidrap Jadi Juara Liga Desa Nusantara (LDN) 2018
Baca: Bertajuk Fashion Show, Polres Gowa Tampilkan Seragam Baru Polisi
"Sebagian besar yang sekolah disini dari Wajo, tapi ada juga yang dari Enrekang, Pinrang, Palopo, Bone, dan Soppeng," katanya, saat ditemui Tribunwajo.com, Senin (03/12/2018) sore.
Bertepatan dengan Hari Disabilitas Internasional, tidak ada kegiatan berarti di sekolah khusus tersebut. Sebab, saat ini, para siswa fokus untuk melaksanakan ujian semester.
"Ini lagi ujian semester, guru-gurunya juga minggu depan akan pelatihan. Beberapa waktu lalu juga kita berpartisipasi di Perayaan Hari Anak Nasional," kata Dahniah.
Namun, Dahniah membeberkan, saat ini masyaralat sudah sadar pentingnya memberikan pendidikan khusus bagi anak-anak penyandang disabilitas.
"Alhamdulillah, masyarakat sudah menyadari pentingnya. Setiap penerimaan tahun ajaran baru mereka bawa anaknya mendaftar. Ada juga yang anaknya sekolah di sekolah di reguler mereka pindahkan," kata guru yang menagbdi di SLBN 1 Wajo tersebut sejak 1986.
Di SLBN 1 Wajo, para peserta didik dipersiapkan untuk mandiri. Keterampilan lebih banyak diajarkan. Sebagaimana yang terlihat saat Tribunwajo.com menyambangi sekolahnya, sejumlah anak berpakaian SMP dan SMA sedang membuat kue.
"Pendidikannya itu disini kalau SD itu 50 persen akademik 50 persen keterampilan. SMP itu 60 persen keterampilan 40 persen akademik, sementara untuk SMA itu 70 persen keterampilan 30 persen akademik," katanya.
Meski demikian, Dahniah pun masih kewalahan dalam menangani anak-anak berkebutuhan khusus tersebut. Sebab, tenaga pengajar atau pendamping yang tersedia tidak sebanding dengan jumlah siswa yang ada. Cuma ada 12 PNS dan 10 tenaga honorer. (*)
Lebih dekat dengan Tribun Timur, subscribe channel YouTube kami:
Follow juga akun instagram official kami: