Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Batal Ledakkan Bom karena Wanita Berjilbab, Begini Kisah Mantan Teroris Abdurrahman Taib

Sesampainya di kafe yang dimaksud, Abdurrahman malah mengagalkan sendiri pemboman itu.

Editor: Sakinah Sudin
Abdurrahman Taib, seorang mantan narapidana teroris, saat memberikan testimoni di Lapas kelas I Lowokwaru, Kota Malang, Selasa (5/6/2018). KOMPAS.com/Andi Hartik 

TRIBUN-TIMUR.COM - Abdurrahman Taib (45) merupakan mantan napi teroris.

Abdurrahman terbukti melakukan tindak pidana terorisme dengan peran ketua kelompok teror di Palembang, Sumatera Selatan.

Tahun 2009, Abdurrahman lantas mendapatkan vonis pengadilan 12 tahun penjara.

Baca: Marko Simic Kembali ke Kroasia, Direktur Utama Persija Sebut Hal Ini Jadi Penyebabnya

Baca: BLAK-BLAKAN! Via Vallen Ceritakan Kronologi Pelecehan yang Dilakukan Pesepakbola Padanya

Tapi Abdurrahman hanya menjalani hukuman penhara selama tujuh tahun karena pada 2015 ia mendapatkan kebebasan bersyarat.

Usai bebas bersyarat Abdurrahman sadar dan menyesali perbuatannya dahulu.

Saat ini ia sudah kembali ke kampungnya di Keluruhan Suka Jaya, Kecamatan Suka Rame, Palembang.

Saban harinya Abdurrahman berjualan nasi dan mie goreng.

Baca: PSM Buka Peluang, Ini 4 Tanda Spasojevic Bakal Tinggalkan Bali United, Siap ke PSM?

Baca: Misteri Anak Rahasia Seokarno Tersingkap, Gini Kisah Cintanya dengan Ibu Gempar

Pada Selasa lalu (5/6) Abdurrahman di Lapas kelas I Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur menceritakan pengalamannya di hadapan ratusan narapidana di sana.

Ia menceritakan bagaimana dirinya bisa masuk ke jaringan teroris.

Awalnya, Abdurrahman mengaku bergairah untuk menjalankan perintah agama.

Ia pun mengaku mengikuti sejumlah pengajian keagamaan.

Semua yang ia lakukan awalnya sudah benar sesuai akidah.

Baca: Bergelar Doktor dan Dulu Hidup Mewah, Ternyata Ini Penyebab Adik Pramoedya Ananta Toer Jadi Pemulung

Baca: Ingat Arianto, Pemuda yang Nekat Kejar Presiden Jokowi saat Telanjang Dada? Begini Nasibnya Kemarin

Lantas ia terjerumus dengan dunia teror pada tahun 2004 saat berkenalan dengan pelarian kasus terorisme dari Singapura.

Melalui perkenalan itu, Abdurrahman mulai terpapar paham radikal. Ia diajari tentang jihad yang prakteknya salah kaprah.

"Sedikit sekali saya mempelajari tentang jihad. Yang saya ketahui hal yang tertinggi adalah jihad sehingga orang yang mati dalam berjihad masuk surga. Selain dari pada itu, saya belum berkenalan secara jauh tentang jihad," katanya seperti dikutip dari Kompas.com.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved