Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Kisah Nenek Sebatang Kara di Polman, Sudah Tak Dapat PKH, Juga Kerap Diusir

Apabila hendak masuk ke dalam rumah, semua harus serba berhati-hati sebab lantainya semua sudah rapuh.

Penulis: Nurhadi | Editor: Hasriyani Latif
nurhadi/tribunsulbar.com
Rubaedah, perempuan sebatang kara di Polman duduk ditangga rumahnya yang tak layak huni. 

Laporan Wartawan TribunSulbar.com, Nurhadi

TRIBUNSULBAR.COM, MAPILLI - Rubaedah (70), nenek yang tinggal sebatang kara dengan kondisi ekonomi yang memprihatinkan di Desa Bonra, Kecamatan Mapilli, Kabupaten Polman, Sulawesi Barat (Sulbar).

Di umurnya yang senja, Rubaedah tinggal disebuah rumah yang tidak layak huni. Kondisi atap dan dinding beserta tiang terancam roboh ketika hujan dan angin datang.

Apabila hendak masuk ke dalam rumah, semua harus serba berhati-hati sebab lantainya semua sudah rapuh.

Rubaedah menuturkan, kondisi hidupnya yang memprihatikan itu diperparah sejak hadirnya pertanian modern yang serba menggunakan mesin di kabupaten berpenduduk terbanyak di Sulbar itu.

"Dulu waktu masih ada deros biasa masih pergi cari uang. Tapi sekarang sudah tidak ada karena semua sudah pake mesin. Apalagi juga sudah tidak kuat," katanya kepada TribunSulbar.com, Kamis (8/3/2018).

Sehari-hari, Rubaedah tidur tak beralas. Ia hanya tidur diatas papan yang rapuh dengan satu selimut untuk melawan dinginnya malam.

Baca: Kisah Nenek Mokmina Hidup Sebatang Kara di Selayar, Ditinggal Anak dan Andalkan Bantuan Tetangga

Baca: Ayo Dibantu, Nenek Asal Pujananting Barru Ini Sudah 10 Tahun Tinggal Sebatang Kara di Gubuk Reot

"Kalau hujan datang, hampur seluruh ruangan basah," ujarnya. Karena tak lagi memiliki penghasilan, untuk makan sehari-hari Rubaedah hanya mengharapkan uluran tangan tetangga yang iba melihat kondisinya.

Ia hanya bisa pasrah dengan keadaan yang membelenggu. Bahkan ia mengaku belum ada sepersen pun bantuan pemerintah yang didapatkan termasuk Program Keluarga Harapan (PKH) dan BPJS.

"Belum ada bantuan pemerintah karena menurut orang-orang, hanya yang punya anak sekolah saja berhak mendapatkan PKH," katanya.

Baca: Hidup Sebatang Kara di Rumah Reot, Nenek Halipa Terima Bantuan dari PKH Maros

Jangankan bantuan, ia mengaku kerap diusir dari tempat tinggalnya itu. Sebab tanah tempat bernaung saat ini telah jadi milik orang. Ia mengaku tak tahu menahu mengapa tanah yang sejak dulu ia diami bisa menjadi milik orang lain.

"Saya sudah beberapa kali diusir dari sini. Padahal tanah ini tanah yang sudah diwakafkan dari seseorang ke saya," ceritanya.

Rubaedah kini hanya bisa pasrah, tak bisa berbuat apa-apa. Hendak pindah namun tak tahu akan kemana. Tak ada sanak saudara lagi. Belum lagi umurnya yang renta, membuatnya serba terbatas.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved