Ini Calon Pengganti Ketum DPP Golkar Setya Novanto, Ada Nurdin Halid? Siapa Jadi Ketua DPR?
Sementara itu, Ketua Harian DPP Partai Golkar Nurdin Halid memastikan, evaluasi kepemimpinan tetap dilaksanakan meski Novanto menang praperadilan. Ada
TRIBUN-TIMUR.COM - Partai Golkar akhirnya realistis dengan posisi sulit Ketua Umum DPP Golkar Setya Novanto diperhadapkan dengan respon negatif masyarakat.
Hasil survei terbaru lembaga terpercaya yang diyakini elite Golkar, elektabilitas partai ini merosot drastis karena kasus dugaan korupsi KTP elektronik yang menyeret Setya Novanto sebagai tersangka.
Baca: Lowongan Kerja - BRI Syariah Cari Karyawan S1 dan S2 Semua Jurusan, Ini Syarat-syaratnya
Banyaknya kepala daerah dari Golkar yang ditangkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga kian memperburuk citra partai warisan Orde Baru ini.
Baca: Nah Ketahuan! Aktor Ganteng Ini Blak-blakan Kedekatan dengan Umi Pipik. Kapan Nikah?
Pengamat Lembaga Ilmu Politik Indonesia (LIPI), Indria Samego melihat sosok yang dekat dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) seharusnya dipilih untuk menggantikan Setya Novanto sebagai Plt Ketua Umum Golkar.
Sejarah Golkar sejauh ini pun menunjukan Partai berlambang Beringin tersebut selalu berada dalam perahu pemerintahan.
Baca: Lowongan Kerja - Selain Pemula, Pertamina Juga Butuh Banyak Tenaga Berpengalaman, Ini Syaratnya
"Golkar dekat dengan kekuasaan. Jadi pilih saja yang sekarang dekat dengan Presiden Jokowi," ujar Indria Samego kepada Tribunnews.com, Kamis (28/9/2017).
Menurut Indria Samego, sudah waktunya Novanto berlapang dada untuk menerima kenyataan menyerahkan jabatan pimpinan tertinggi di Golkar untuk berfokus pada penyembuhan dan kasus hukumnya di KPK.
"Lebih baik terlambat dari pada tidak. Novanto harus terima kenyataan itu dan menyerahkan kekuasaannya kepada yang bebas dari masalah dan bisa memobiliaasi dukungan," tegasnya.
Indria mengakui tren elektabilitas Golkar terus merosot
Indria mengungkapkan menurunnya elektabilitas Golkar, bukan hanya terjadi ketika Novanto dijadikan tersangka oleh KPK.

Menurut Indria Samego, konflik internal Partai Golkar membuat pemilihnya tidak simpati.
Kemudian imbuhnya, kinerja anggota DPR RI juga dinilai ikut berkontribusi terhadap kemerosotan populariras dan elektabilitas Golkar.