Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Headline Tribun Timur

Ahli Gizi Unhas: Program MBG Melenceng!

Program MBG kembali disorot. Guru Besar Unhas sebut MBG berubah jadi proyek bermasalah. Kasus keracunan tembus 6.452 anak.

Ist
MAKAN BERGIZI GRATIS - Prof Aminuddin Syam saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Universitas Hasanuddin beberapa waktu lalu. Guru Besar Unhas ini sebut MBG berubah jadi proyek bermasalah. Kasus keracunan tembus 6.452 anak 

TRIBUN-TIMUR.COM - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) melenceng dari tujuan awal.

Guru Besar Gizi Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Aminuddin Syam, menyatakan program prioritas Presiden Prabowo Subianto dan Wapres Gibran Rakabuming Raka itu berubah dari upaya meningkatkan gizi siswa menjadi proyek yang sarat masalah.

“Awalnya untuk meningkatkan gizi siswa, kini berubah menjadi proyek. Banyak yang berburu margin, sementara masyarakat yang jadi korban. Dari makanan bergizi gratis berubah menjadi makanan beracun gratis,” tegasnya, Selasa (30/9/2025).

Polemik MBG kembali mencuat setelah warga di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, menemukan belatung dalam tempe salah satu menu makan di Kecamatan Kajang.

Kasus ini menambah daftar panjang masalah sejak program diluncurkan hampir 10 bulan lalu.

Baca juga: Belatung Menetas di MBG

Sebelumnya, 12 siswa SD di Takalar mengalami keracunan pada Februari 2025 setelah mengonsumsi menu MBG.

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat hingga September 2025 sudah ada 6.452 kasus keracunan terkait program ini.

Adapun data resmi pemerintah melalui Badan Gizi Nasional (BGN), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan BPOM hanya mencatat 5 ribu kasus.

Selain makanan basi, laporan lain menyebut dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) banyak yang tidak memenuhi standar. 

Bahkan, dugaan mark-up anggaran juga menyeruak.

Prof Aminuddin menekankan, pengelolaan pangan anak sekolah sangat sensitif karena rawan kontaminasi. 

Menurutnya, penerapan standar Good Manufacturing Practice (GMP) mutlak dilakukan agar bahan, proses, hingga distribusi makanan terjamin higienis.

Ia juga menyoroti fasilitas dapur MBG yang kerap tidak layak, serta ketiadaan tenaga ahli gizi di tubuh BGN. 

Dari 10 pejabat utama, tidak satu pun berlatar belakang gizi.

Kepala BGN saat ini dijabat akademisi IPB bidang entomologi, Dadan Hindayana, didampingi sejumlah purnawirawan TNI/Polri, birokrat, dan tokoh non-gizi lainnya.

“Ini soal kesehatan, soal nyawa. Jangan jadikan makanan sebagai komoditas politik. Jika salah kelola, taruhannya kehidupan,” kata Aminuddin menandaskan.

Sebelumnya, program MBG mendapat sorotan tajam setelah kasus keracunan siswa akibat konsumsi paket makanan terus meningkat di sejumlah daerah.

Terpisah, Dinas Kesehatan Takalar mengambil sampel air dan makanan di seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) program Makan Bergizi Gratis (MBG).

Langkah ini menindaklanjuti instruksi Badan Gizi Nasional dan Kementerian Kesehatan. 

Penanggung Jawab Program Tempat Pengolahan Pangan Dinkes Takalar, Masyita Hista, mengatakan pengecekan dimulai pekan ini.

“Kami mengambil sampel makanan dan air yang dipakai,” kata Masyita saat pengecekan di SPPG Yayasan Sinar Jaya Reski, Pattallassang, Selasa (30/9/2025).

Pengecekan dilakukan untuk memenuhi syarat pengurusan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

Sampel akan diuji di Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda), dengan hasil uji keluar dalam lima hingga sepuluh hari.

Dari hasil itu akan diketahui apakah air dan makanan memenuhi syarat untuk pengurusan SLHS.

SPPG yang belum memenuhi syarat diberi kesempatan melakukan perbaikan. 

Selain itu, Dinkes juga mengecek standar gizi dan melakukan Inspeksi Kesehatan Lingkungan (IKL).

Pengecekan mencakup pengolahan makanan, penyimpanan, alat, suhu, kebersihan peralatan, dan bahan yang digunakan.

Kepala Dinas Kesehatan Takalar, Nilal Fauziah, mengatakan tujuan pengecekan adalah memastikan penjamah pangan memahami cara mengelola makanan sesuai standar kesehatan.

"Mengetahui cara mengelola pangan mulai dari penyimpanan, pengolahan, sampai distribusi secara higienis dan memenuhi syarat kesehatan," jelasnya.

Nilal menambahkan, pengelola dapur SPPG akan diberikan pelatihan higienitas dan sanitasi lingkungan. 

"Diimbau seluruh SPPG mengikuti pelatihan keamanan pangan bagi penjamah pangan," katanya.

Tim Dinkes terdiri dari ahli kesehatan lingkungan, ahli gizi, tenaga kesehatan masyarakat, Labkesda, dan puskesmas.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved