Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Makan Bergizi Gratis

Siswa SMPN 8 Palopo Temukan Ayam Berdarah di Menu Makan Bergizi Gratis

Salah satu siswa, Setiawan mengatakan ayam yang disajikan tampak belum matang sempurna.

Penulis: Andi Bunayya Nandini | Editor: Alfian
TRIBUN-TIMUR.COM/Andi Bunayya Nandini
MAKAN BERGIZI - Siswa temukan ayam masih berdarah pada menu MBG di SMPN 8 Palopo, Rabu (1/10/2025). Pihak sekolah akan menyampaikan hal tersebut ke pengelola MBG. 

TRIBUN-TIMUR.COM, PALOPO - Program makanan bergizi gratis (MBG) di SMP Negeri 8 Palopo menuai sorotan setelah pelajar temukan potongan ayam yang masih berdarah dalam menu yang disajikan di sekolah tersebut.

Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu (1/10/2025) saat jam istirahat makan siang.

Salah satu siswa, Setiawan mengatakan ayam yang disajikan tampak belum matang sempurna.

“Waktu saya makan ayamnya, saya lihat ada darah di ayamnya, jadi kubuang,” ujarnya.

Ia menyampaikan hal tersebut baru pertama kali terjadi selama dua pekan SMPN 8 Palopo menerima MBG.

“Baru pertama kali. Saya buang karena pernah ka ditanya sama mamaku kalau nda boleh makan ayam yang masih berdarah,” jelasnya.

Pelajar lainnya, Yoga Lukman menyampaikan hal serupa.

"Kukira saos itu merah-merah, pas ku makan ternyata darah," kata Yoga.

Baca juga: Emak-emak Mulai Aksi Protes MBG: Anak-anak Kita Kelinci Percobaan

Karena kaget, Yoga langsung membuang ayam tersebut.

"Ku buang, ku muntahkan juga," tambahnya.

Temuan itu sontak menjadi perhatian para siswa lain.

Beberapa di antaranya bahkan enggan melanjutkan makan.

Diketahui, mengonsumsi ayam yang belum matang atau masih berdarah dapat membahayakan kesehatan.

Ayam mentah sering kali mengandung bakteri seperti Salmonella dan Campylobacter, yang bisa menyebabkan keracunan makanan.

Karena itu, ayam yang disajikan untuk konsumsi publik, apalagi anak sekolah, harus dimasak dengan sempurna hingga bagian dalam daging tidak lagi berwarna merah muda dan tidak mengandung darah.

Menanggapi itu, Kepala SMPN 8 Palopo, Bahrum Satria menyampaikan pihaknya akan menyampaikan keluhan siswanya kepada pihak pengelola.

"Kami akan koordinasi dengan pengelola MBG secepatnya. Tidak boleh dibiarkan hal-hal seperti itu, merugikan anak-anak," ucap Bahrum Satria. 

MBG Berulat

Belatung menetas di Makan Bergizi Gratis (MBG).

Ditemukan pada tempe dan pisang yang disajikan di dua sekolah, SMAN 5 Bulukumba dan SDN 249 Daloba, Kecamatan Kajang, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan.

Siswa jijik, orang tua mengeluh. “Menu makanan MBG-nya berulat tempe dan pisang. Banyak ulat dalam omprengan juga,” kata Amri, wali siswa SMAN 5 Bulukumba, Selasa (30/9/2025).

Koordinator Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Bulukumba, Wahyu Sakti, mengaku sudah menelusuri kabar temuan makanan bermasalah itu.

“Laporan ini sudah sampai di pimpinan dan sudah kami lakukan teguran. Selanjutnya menunggu petunjuk pimpinan,” tegas Wahyu Sakti.

Beredar video di sejumlah grup media sosial yang memperlihatkan pisang dan tempe dalam kondisi berulat.

Bahkan, MBG di Kecamatan Ujung Bulu juga sempat ditemukan dalam keadaan basi. Temuan ini mendapat perhatian Wakil Bupati Bulukumba, A. Edy Manaf.

Baca juga: Siswa SMP 17 Makassar Mulai Terbiasa Menu MBG, Ayam Paling Disukai

Politisi senior PAN itu menyayangkan menu MBG di Bulukumba masih ada yang disajikan tidak layak konsumsi.

Kecamatan Kajang berjarak sekira 45 km dari ibu kota Bulukumba, atau 191 km selatan Makassar, ibu kota provinsi.

Pengelola MBG Ujung Loe libatkan ahli gizi dalam setiap proses pengolahan makanan untuk siswa. 

Langkah ini dimaksudkan agar kebersihan dan kualitas gizi tetap terjaga.

“MBG kami dikontrol oleh ahli gizi dan koordinator tim relawan packing. Ini untuk menjaga kebersihan dan memastikan nilai gizi terpenuhi,” kata Pengelola MBG Ujung Loe, Basri Yulianto, Selasa (30/9/2025).

Basri menjelaskan, manajemen kerja dapur dimulai dari persiapan bahan baku yang disuplai oleh pemasok.

Bahan baku tersebut wajib dicuci menggunakan air biasa atau air galon. Jika ditemukan bahan yang rusak, maka menjadi tanggung jawab pihak pemasok.

Selanjutnya, tim relawan mengolah bahan ke tahap produksi. 

Setelah selesai dimasak, makanan ditempatkan dalam ruangan ber-AC atau kipas angin. 

Setelah dingin, barulah masuk tahap pengemasan.

Setiap hari, MBG Ujung Loe menyiapkan 2.899 omprengan untuk siswa, mulai Senin hingga Jumat.

Program ini juga memberdayakan masyarakat lokal yang direkrut sebagai tenaga dapur dan relawan.

Saat ini, di Kecamatan Ujung Loe baru terdapat dua unit MBG yang beroperasi. 

Dua unit tambahan sedang dalam tahap pembangunan dapur dan ditargetkan beroperasi tahun ini untuk menjangkau lebih banyak sekolah di wilayah tersebut.

Wali siswa di Ujung Loe, Suparman, berharap kualitas MBG tetap terjaga. 

“Kami berharap menu selalu bersih dan kandungan gizinya terpenuhi,” ujarnya.

Korban Keracunan

Program MBG kembali menjadi sorotan publik setelah kasus keracunan siswa terus meningkat. 

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mencatat sebanyak 8.649 anak menjadi korban keracunan MBG per 27 September 2025.

Angka tertinggi terjadi sepekan terakhir, 22–27 September, dengan 2.197 korban. 

Di tengah melonjaknya kasus, Balai Besar Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BB Labkesmas) Makassar menyatakan siap membantu pemeriksaan.

Kepala BB Labkesmas Makassar, dr Irene, mengatakan pihaknya menunggu koordinasi dari BGN.

“Kami siap melakukan pemeriksaan apabila diminta. Kalau sifatnya KLB (kejadian luar biasa), maka bisa dikawal agar mendapatkan pemeriksaan gratis,” kata dr Irene di Makassar, Selasa (30/9/2025).

Ia menambahkan, pihaknya juga mendukung adanya sertifikat layak higienitas dan sanitasi bagi setiap SPPG.

Sertifikat tersebut merupakan kewenangan Dinas Kesehatan setempat, namun BB Labkesmas bisa dilibatkan dalam proses pemeriksaan.

“Makanya kami akan komunikasikan. Kami hanya melakukan pemeriksaan, sehingga bisa membantu pihak yang mengeluarkan sertifikat, apakah layak atau tidak,” ujarnya.

Menurut dr Irene, penyebab keracunan siswa harus diteliti lebih jauh. 

Keracunan bisa terjadi bukan hanya karena bahan makanan, tetapi juga pola konsumsi.

“Belum tentu juga keracunan itu karena bahan makanan. Misalnya, makanan dimasak sejak pagi lalu baru dikonsumsi siang hari. Ada jenis makanan yang jika dikonsumsi lebih dari 4 jam setelah dimasak sudah memunculkan bakteri,” jelasnya.

Ekonomi Bergerak

Program MBG di Takalar bukan hanya meningkatkan kesehatan siswa, tapi juga menggerakkan ekonomi masyarakat.

MBG merupakan program pemerintah untuk menyediakan makanan sehat, bergizi, dan seimbang bagi peserta didik di sekolah.

Tujuannya, meningkatkan gizi, konsentrasi belajar, dan kesehatan siswa, sekaligus mencegah stunting serta kekurangan gizi.

Di Takalar, program ini dijalankan Yayasan Sinar Jaya Reski melalui satuan pelayanan pemenuhan gizi.

Unit pelaksana ini bertugas menyiapkan, mengolah dan menyalurkan makanan ke sekolah-sekolah.

Kepala SPPG Yayasan Sinar Jaya Reski, Feby Razak, mengatakan pihaknya melibatkan tim quality control untuk menyortir bahan, memeriksa harga, dan menentukan jumlah yang dibutuhkan.

“Semua bahan berasal dari UMKM lokal agar program ini tidak hanya menyehatkan siswa, tetapi juga memberdayakan pelaku usaha kecil,” ujarnya, Selasa (30/9/2025).

Setiap hari, SPPG mendistribusikan 3.247 porsi makanan ke delapan sekolah, yakni RA Andika, TK Andika Arrahman, TK Bayangkari, SMPN 2 Takalar, MTS Muhammadiyah Salaka, MA Salaka, SMKN 2 Takalar, dan SMAN 1 Takalar.

Proses pengolahan melibatkan 50 tenaga kerja, termasuk 47 relawan, ahli gizi, akuntan, serta tim khusus untuk persiapan, memasak, dan pemorsian.

Distribusi dimulai pukul 07.00 Wita menggunakan dua mobil boks.

Setelah tiba di sekolah, guru bertugas membagikan makanan kepada siswa sekaligus menandatangani berita acara serah terima.

Salah seorang siswa SMPN 2 Takalar, Eiliyah Runari Bilqiz, mengaku senang mengikuti program ini. 

“Program MBG sangat membantu kami. Rasanya enak dan bisa menghemat uang jajan,” katanya.

SPPG Yayasan Sinar Jaya Reski mulai beroperasi sejak 8 September 2025 dengan misi ganda: meningkatkan gizi siswa dan memperkuat UMKM lokal.

4.711 Kasus

Dalam sembilan bulan pelaksanaan, tercatat ribuan siswa menjadi korban keracunan. 

Data BGN menunjukkan 4.711 kasus dari total 1 miliar porsi diproduksi, sementara laporan CISDI bahkan mencatat 5.626 kasus di 17 provinsi.

Menanggapi kondisi ini, Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman, meminta pengawasan ketat terhadap seluruh dapur MBG di wilayahnya.

Disampaikan seusai bertemu Kepala Kantor Pelayanan Pemenuhan Gizi (KPPG) Wilayah Sulsel, Handayani Syaukani, Kamis (25/9/2025).

“Kita ingin memastikan anak-anak mendapat makanan sehat dan bergizi setiap hari. Karena itu, pengawasan terhadap dapur dan tenaga yang terlibat sangat penting,” ujarnya.

Setelah pertemuan, gubernur bersama tim meninjau salah satu dapur SPPG di kawasan Center Point of Indonesia (CPI).

Ia mengecek langsung kondisi ruangan, peralatan, sarana pendukung, hingga proses distribusi makanan ke sekolah-sekolah penerima manfaat.

Sementara itu, Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung mendesak BGN segera melakukan evaluasi. 

Ia menegaskan agar SPPG yang terbukti bermasalah tidak lagi ditoleransi.

“Setiap MBG, setiap dapur yang melakukan kesalahan, apalagi sampai menyebabkan keracunan besar-besaran seperti sekarang, jangan ada toleransi. Itu harus ditutup, bahkan tukang masaknya ditutup,” kata Tamsil saat diwawancarai di Pangkep, Sabtu (27/9/2025).

Ia juga meminta investigasi menyeluruh untuk memastikan penyebab keracunan. 

“BGN harus menelusuri apa sesungguhnya yang terjadi di balik MBG. Jangan-jangan ada sabotase atau faktor lain,” tegasnya.

Kini, keputusan ada di tangan BGN untuk melakukan pemeriksaan mendalam sekaligus mencari solusi atas maraknya kasus keracunan MBG.(*)

 

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved