Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Opini

Optimalisasi Pasar Afrika

Sontak saja, pidato tersebut menuai ragam reaksi dari netizen di tanah air. Ini bisa dikonfirmasi dari berbagai platform media sosial.

Editor: Sudirman
Ist
OPINI - Ilyas Alimuddin Mahasiswa Doktoral Ilmu Ekonomi Unhas 

Lambannnya penetrasi pasar ke Afrika selama ini dikarenakan mispersepsi terhadap benua hitam tersebut.

Sebagaimana digambarkan dengan sangat baik oleh Doris dan John Naisbitt yang berjudul Mastering Megatrends: Understanding and Leveraging the Evolving New Word.

Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa: “siapa pun yang selama ini memperhatikan perkembangan Afrika tentu telah mengamati proses kebangkitannya.

Sayangnya, seperti halnya Tiongkok, berita buruk terhadap Afrika jauh lebih cepat sampai ke media global dibanding berita buruknya, kendati berita buruk tentang Sahara Utara Afrika akan tetap ada untuk jangka waktu lama”.

Afrika identik dengan potret muram kemiskinan, kelaparan, kesedihan, kekerasan, konflik berdarah serta stereotype negatif lainnya.

Padahal dari 54 negara berdaulat di Afrika, sudah banyak negara dengan wajah yang mereflesikan kekayaan, kepercayaan diri, prospek nan cerah.

Sebutlah negara Afrika Selatan yang menjadi tuan rumah konferensi saat ini. Afrika Selatan adalah negara dengan ekonomi terbesar di Afrika saat ini.

Selain itu Afrika Selatan, pasar yang bisa digarap adalah pasar di negara Nigeria (negara dengan jumlah penduduk terbanyak 

di Afrika), Botswana (keajaiban negara Afrika), termasuk pula negara-negara muslim seperti Mesir, Maroko, Tunisia dan lainnya.

Pilihan pasar Afrika adalah langkah yang tepat, buktinya China termasuk pula banyak negara dari Eropa yang telah berinvestasi jutaan dollar di Afrika.

Alasannya jelas: pasar Afrika sangat potensial. Mencari pasar baru adalah langkah yang bijak.

Sehingga ketika pasar yang lama mengalami distorsi maka masih ada pilihan-pilihan pasar baru lainnya.

Secara sosiologis-historis, Indonesia memiliki banyak kesamaan dengan negara-negara Afrika.

Sebagai sesama negara yang pernah mengalami kelamnya kolonialisme, ini menjadi penguat rasa senasib-sepenanggungan untuk saling bekerja sama memajukan bangsa masing-masing.

Semangat ini pula yang melandasi penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) di Bandung tahun 1955.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved