Opini
Debut Diplomatik, Analisis Strategis Indonesia di KTT G20 2025
Debut diplomatik Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka di KTT G20 Johannesburg
Ringkasan Berita:Debut diplomatik Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka di KTT G20 Johannesburg menjadi manuver strategis penting.Ia menyampaikan salam Presiden Prabowo kepada Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, menegaskan sinyal kontinuitas kebijakan luar negeri, kohesi internal, dan legitimasi internasional.Langkah ini memperkuat citra stabil Indonesia, meredam kekhawatiran pasar, menjaga kepercayaan investor, serta menegaskan posisi RI sebagai pemimpin Global South.
Achmad Firdaus Hasrullah
Mahasiswa Program Doktor Hubungan Internasional dari University People’s Friendship of Russia
DALAM arena politik internasional yang serba cepat dan sarat ketegangan geopolitik, debut diplomatik Wakil Presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka di Konferensi Tingkat Tinggi G20 Johannesburg, Afrika Selatan, kemarin menjadi sebuah studi kasus yang sangat signifikan.
Kehadirannya bukan sekadar mengisi kekosongan, melainkan merupakan manuver strategis yang dipikirkan matang.
Ketika untuk pertama kalinya menghadiri forum tingkat tinggi sekelas G20, Gibran menyampaikan salam dari Presiden Prabowo Subianto kepada Presiden Cyril Ramaphosa.
Momen ini adalah sebuah pertunjukan diplomasi yang berhasil memadukan teori dan praktik hubungan internasional secara brilian.
Dari perspektif teori Soft Power Joseph Nye, gestur dan pidato yang disampaikan Gibran merupakan signal yang mengubah momen personal menjadi instrumen strategis yang kuat.
Gibran menggunakan etiket dan norma kesopanan tradisional sebagai senjata Soft Power modern untuk memproyeksikan citra Indonesia yang stabil, terprediksi, dan kohesif.
Dalam konteks geopolitik yang penuh ketidakpastian, sinyal Soft Power yang berbasis pada nilai dan budaya ini mengirimkan pesan tentang keterandalan (reliability) Indonesia di mata dunia, memastikan bahwa transisi kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh Joko Widodo akan berjalan mulus dan kebijakan luar negeri akan mempertahankan kontinuitas.
Lebih mendalam lagi, analisis melalui lensa Signalling Theory mengungkapkan bahwa di balik gestur sederhana tersebut, terdapat tiga sinyal penting yang dikirimkan kepada audiens global secara simultan.
Pertama, Gibran mengirimkan sinyal kontinuitas kebijakan luar negeri kepada investor global dan mitra strategis, menjamin bahwa komitmen Indonesia di G20 dan forum internasional akan tetap konsisten, sehingga secara efektif meredam kekhawatiran yang timbul akibat transisi politik.
Kedua, ia menunjukkan sinyal kohesi internal pemerintahan kepada elit domestik dan internasional, memproyeksikan solid dan koordinasi yang baik antara pemimpin yang akan datang, yang sangat penting untuk membungkam narasi perpecahan dan meningkatkan kepercayaan terhadap kemampuan mereka memimpin.
Ketiga, kehadiran dan interaksi langsung di forum G20 berfungsi sebagai sinyal legitimasi internasional, pengakuan dini atas kepemimpinan Prabowo-Gibran di kancah global.
Sinyal-sinyal diplomatik ini memiliki implikasi ekonomi yang sangat besar, terutama dalam mitigasi risiko politik bagi investor.
Dengan menjamin kontinuitas kebijakan, Indonesia memposisikan diri sebagai tujuan investasi yang aman, yang secara praktis menurunkan biaya premi risiko yang biasanya dibebankan investor asing pada proyek-proyek jangka panjang.
Di pasar keuangan, sinyal transisi yang tertib dan kohesif ini juga membantu menstabilkan ekspektasi pasar, mengurangi volatilitas, dan mendukung upaya menjaga nilai tukar Rupiah tetap aman.
Hal ini menegaskan bahwa diplomasi adalah perpanjangan dari kebijakan ekonomi.
Selain itu, sebagai satu-satunya negara ASEAN di G20, Indonesia memegang peran strategis sebagai jembatan antara negara maju dan negara berkembang (Global North and Global South).
Debut Gibran di Johannesburg berfungsi untuk mengkonsolidasikan peran Indonesia sebagai pemain multilateral yang konsisten dan kredibel.
Kehadirannya memastikan bahwa agenda dan komitmen yang telah dibangun selama Presidensi G20 Indonesia, terutama mengenai transisi energi yang adil, akan tetap diperjuangkan oleh kepemimpinan yang baru.
Bagi negara tuan rumah, Afrika Selatan, yang merupakan anggota kunci BRICS, kunjungan ini adalah bentuk pengakuan dan dukungan yang kuat, melampaui formalitas protokol.
Gestur Gibran membantu meningkatkan legitimasi G20 di mata negara-negara Global South dan menggarisbawahi potensi koordinasi yang lebih erat antara Indonesia (sebagai promotor Gerakan Non-Blok) dan Afsel dalam menuntut reformasi lembaga keuangan multilateral dan membangun arsitektur ekonomi global yang lebih inklusif.
Gibran secara cerdas memanfaatkan panggung Afsel untuk memposisikan Indonesia sebagai pemimpin yang konsisten dalam perjuangan Global South.
Secara keseluruhan, debut diplomatik Gibran Rakabuming Raka di KTT G20 adalah sebuah langkah yang proaktif, efisien, dan sangat terukur.
Ia tidak menunggu pelantikan untuk memulai diplomasi, melainkan menggunakan forum paling berpengaruh di dunia untuk mengirimkan pesan bernilai tinggi.
Hal ini menandai dimulainya babak baru dalam diplomasi Indonesia yaitu diplomasi yang muda, gesit, sangat sadar akan nilai sinyal yang dikirimkan, dan secara efektif mengintegrasikan Soft Power serta Signalling Theory untuk menjamin stabilitas dan kredibilitas nasional di tengah gejolak global.(*)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/makassar/foto/bank/originals/20251124-Achmad-Firdaus-Hasrullah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.