Opini
Barru Tongkat Kebangkitan Colliq Pujie
Datu' GollaE disebut sebagai Raja pertama di kerajaan Tanete, yang merupakan keponakan raja Gowa Tumapa'risi Kallonna.
Penulis: Muhammad Akbar
Ketua Kaderisasi PMII Cabang Barru
TRIBUN-TIMUR.COM - DALAM kurun waktu yang tidak disebutkan di berbagai literatur, ada suatu wilayah yang bernama Agang Nionjo.
Wilayah tersebut termasuk salah satu kerajaan tertua di sulawesi selatan, terletak di Wanua Berru dan sekarang disebut Tanete.
Tradisi lisan yang berkembang di masyarakat hingga hari ini percaya, bahwa dalam sejarah awal kerajaan Tanete mempunyai unsur mitologi.
Datu' GollaE disebut sebagai Raja pertama di kerajaan Tanete, yang merupakan keponakan raja Gowa Tumapa'risi Kallonna.
Dilantik menjadi raja pertama atas permintaan To Sangiang yang oleh masyarakat Tanete dipercayai sebagai sosok To Manurung.
Sosok Cendekiawan Perempuan Bugis
Retna Kencana Colliq Pujie ialah nama perpaduan antara Melayu dan Bugis, menandakan bahwa selain darah Bugis mengalir dalam tubuhnya.
Colliq Pujie juga punya darah melayu yang mengalir sangat kuat dalam tubuhnya.
Darah itu mengalir dari kakeknya seorang pejabat kerajaan Gowa yang menduduki jabatan seorang syahbandar Makassar yang bergelar Datuk Pabean, dari kakeknya lahir anaknya bernama Colliq Pakue yang merupakan Ibu dari Colliq Pujie.
Sementara darah Bugis mengalir dari ayahnya bernama La Rumpang Megga yang merupakan cucu langsung dari La Tenrisessuq, seorang yang terkenal dalam menitiskan darah percampuran kerajaan-kerajaan besar di sulawesi selatan.
Dalam beberapa literatur yang membahas sosok Colliq Pujie, sangat sulit menemukan waktu kelahiran hingga tempat peristirahatan terakhirnya.
Namun penulis beranggapan Abad ke-19 menjadi waktu sosok perempuan cendikiawan ini hidup, sekitar tahun 1812-1876.
Arung Pancana Toa menjadi gelar nama belakangnya, karena Colliq Pujie pernah menjadi raja di kerajaan Pancana.
Walaupun sejatinya kerajaan pancana termasuk kerajaan Lili (kerajaan bawahan) dari kerajaan Tanete.
Colliq Pujie dikenal sebagai sosok perempuan intelektual, atas pengetahuan yang dimilikinya wajar ketika Colliq pujie sangat benci dengan orang kulit putih.
Bahkan pernah bergabung dalam suatu kelompok pedalaman untuk melakukan pemberontakan di Makassar, kelompok tersebut dipelopori oleh Lapatau seorang tokoh yang menentang penjajah.
Keseharian Colliq Pujie dihabiskan di atas meja kerjanya untuk membantu ayahnya memerintah di kerajaan Tanete.
Sebelum diangkat menjadi raja di Pancana, Colliq Pujie menjadi juru tulis di kerajaan Tanete, dengan menuliskan beberapa surat dan mengelolah administrasi kerajaan.
La Rumpang Megga mempercayai dan memberikan tugas tersebut kepada Colliq Pujie, karena dari kecil Colliq Pujie sudah dibimbing dalam pelajaran menulis dan membaca Lontara.
Hampir semua Lontara yang dimiliki La Rumpang Megga diberikan ke Colliq Pujie.
Bahkan beberapa Lontaraq yang berada di kerajaan lain, seperti Bone, Soppeng, Wajo, sidenreng, Rappang, dia miliki dan sudah dibaca.
Sehingga dari hasilnya, Colliq Pujie banyak mengetahui sejarah orang Bugis hingga orang Makassar.
Tidak cukup sampai disitu, Colliq Pujie sangat senang menulis apa yang sedang dilihatnya, sehingga dalam pelaksanaan pesta Adat hingga kegiatan bertutur (pembacaan Lontara) semua ditulis oleh Colliq Pujie, tidak heran Colliq Pujie mempunyai banyak karya di bidang penulisan, salah satunya Lontara Attoriolong Tanete yang ditulisnya.
Perlawanan yang dilakukan Colliq Pujie terhadap penjajah mempunyai alasan tertentu, seperti kebijakan orang kulit putih yang merugikan masyarakat Tanete.
Bahkan arajang sebagai pusaka Tanete yakni Bendera Bolonnge dirampas oleh penjajah. Tegaknya sebuah kehormatan kerajaan dan raja adalah karena dimilikinya sebuah arajang (pusaka).
Pusaka itulah yang mempersatukan rakyat Tanete dan menegakkan harga diri kerajaan.
Hingga Colliq Pujie diasingkan di Makassar oleh penjajah atas dasar perlawanannya. Disana Colliq Pujie bertemu dengan seorang kulit putih bernama Benjamin Frederik Matthes, seorang ilmuwan dan misionaris asal Belanda yang tertarik akan sejarah dan kebudayaan Bugis.
Matthes sedikit berbeda dengan orang Belanda yang menjajah waktu itu, buktinya Colliq Pujie mau membantu menyusun naskah yang dikumpulkan Matthes selama berada di Sulawesi Selatan.
Naskah itu disebut I Lagaligo, naskah yang diakui UNESCO sebagai naskah terpanjang di dunia.
Barru Sebagai Simbol Kebangkitan
Kabupaten Barru merupakan salah satu daerah yang berada di kawasan Sulawesi selatan.
Secara geografis Barru terletak di tengah-tengah kota besar antara Makassar dan Parepare.
Dalam sejarah, kerajaan Tanete termasuk kerajaan tertua di daerah Barru.
Selain mempunyai sejarah yang cukup panjang, Barru juga mempunyai beberapa Toko yang dikenal di kanca internasional.
Sebut saja Colliq Pujie, penyusun naskah I La Galigo.
Namanya dikenang karena karyanya dalam bidang penulisan dan bahasa Lontara.
Namun mirisnya, masyarakat Barru khususnya pemuda jarang sekali yang mengenal siapa sosok Colliq Pujie.
Patung Colliq Pujie yang terletak ditengah kota Barru belum bisa menjelaskan kepada masyarakat bagaimana sosok perempuan Bugis tersebut.
Barru bukan sekadar tanah kelahiran dan tempat dibesarkannya, melainkan menjadi saksi sejarah tentang upaya penyelamatan naskah I La Galigo yang sudah mulai dilupakan orang.
Kebudayaan rakyat kebanyakan terus memudar, penghargaan terhadap karya-karya masa lalu semakin menipis.
Menyusun karya I La Galigo dari cerai berai bukanlah pekerjaan yang mudah.
Patung dan museum belum cukup untuk sekadar tau siapa sosok Colliq Pujie.
Perlunya penekanan di bidang pendidikan mulai tingkatan dasar hingga menengah.
Pengalaman penulis saat duduk dibangku sekolah tidak pernah diajarkan tentang toko-toko lokal Sulawesi yang mempunyai peran dalam perjuangan.
Pemerintah Daerah perlu memperhatikan pemberdayaan masyarakat dibidang pengetahuan Lokal, bukan sekadar pentas, pertunjukan tradisi dan ritual, namun pengetahuan mulai dari sejarah hingga tokoh-tokoh lokal perlu diajarkan.
Tanpa pengetahuan lokal masyarakat kehilangan identitas dan jati dirinya sebagai masyarakat Lokal. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.