Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Akmil 1997

Kisah Pangdam Termuda Mayjen Kristomei Sianturi Cita-cita Jadi Insinyur Berujung Tentara

Pangdam XXI/Radin Inten ke-1, Kristomei Sianturi adalah pangdam termuda se-Indonesia. 

|
Editor: Muh Hasim Arfah
dok tribun
PANGDAM TERMUDA-Panglima Komando Daerah Militer XXI/Radin Inten ke-1, Kristomei Sianturi adalah pangdam termuda se-Indonesia. Mayjen Kristomei Sianturi kelahiran Kotabumi, Lampung Utara, Lampung, 6 Mei 1976 (umur 49). 

Tujuannya agar dekat dengan ITB sehingga mudah mengikuti Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

Tapi saat bersamaan ada penerimaan SMA Taruna Nusantara di Magelang, Jawa Tengah.

Dengan adanya beasiswa, di SMA Taruna Nusantara membuatnya melupakan masuk SMA Negeri 3 bandung.

Kristomei berpikir meringankan beban orang tua yang harus mengirim uang untuk biaya, maka diputuskan hanya untuk melanjutkan pendidikan di SMA Taruna Nusantara Magelang.

Selama pendidikan di SMA Taruna Nusantara Magelang biaya pendidikan ditanggung pemerintah.

“Uang sekolah gratis dan dapat uang saku. Sehingga biaya saya bisa digunakan untuk membiayai kakak dan dua adik saya lainnya. Masa itu saya menjadi siswa angkatan kedua di SMA Taruna Nusantara Magelang, ” kata anak kedua, dari empat bersaudara ini saat berbincang di ruangan kerjanya.

Karena masuk SMA Taruna, Kristomei pun merasa gagah dan ia mulai mengenal dunia militer.

“Ketika di SMA semua kawan-kawan ingin jadi tentara. Kondisi itu membuat saya terbawa lingkungan tentara,” katanya dikutip dari website Taruna Nusantara.

Lepas ujian SMA Taruna Nusantara Magelang, Kristomei mengikuti jalur taruna Akmil dan juga mengikuti UMPTN dengan mengambil teknik dan lulus di teknik Undip, juga ikut STT Telkom dengan mengambil informatika dan juga lulus di STAN dengan mengambil bidang perpajakan.

“Saya tahu kalau lulus di empat kampus setelah dinyatakan lulus sebagai taruna Akabri. Yang sama pengumumannya dengan Akabri dan UMPTN tahun 1994. Jadi, saya sudah di dalam Akmil sudah tidak bisa keluar lagi,” kenangnya.

Kalau pun keluar atau mundur dari Akabri maka harus memulangkan semua biaya pendidikan kepada pemerintah. Bila saja, sebelum masuk Akabri dirinya mengetahui lulus di UMPTN, mungkin ia tidak akan menjadi seorang tentara.

Akhirnya Kristomei, memutuskan jalur hidupnya mengikuti dunia militer.

Setelah menjadi taruna Akabri dirinya masih membayangkan kuliah di Undip atau di dua tempat lainnya. Ia membayangkan betapa enaknya kuliah di kampus.

Sementara di Akabri jalan lima langkah harus berlari.

“Kalau saya dipulangkan, bisa meninggal dunia nanti bapak saya. Apa kata orang jika saya dipulangkan dari Akabri?” kenangnya.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved