Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cinta Sejati di Soppeng

6 Kisah Pasangan Sehidup-Semati dan Sejati dari Sulsel

Jumat (10/10/2025) siang, pasangan ini terakhir terlihat tetangga. Si istri, terjatuh saat menjemur pakaian.

|
Editor: Ansar
Tribun-Timur.com
SEHIDUP SEMATI - Husen Bin Gega (78 tahun) dan Habiba Binti Agera (78) saat berada di rumah anaknya di Tarakan, Kalimantan Utara, beberapa hari lalu. Di Sulsel, sudah 6 kisah pasangan sehidup-semati, terakhir Husen dan Habiba. 

MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM — Bukan di prosa dan layar film saja, kisah pasangan sehidup-semati ternyata ada di keseharian.

Terakhir, kisah pasangan suami istri asal  Kampung Dare Ajue, Desa Lalabata Riaja, Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten Soppeng, sekiyar 210 km tenggara Kota Makassar, Minggu (12/10/20250.

Si suami, Husen Husen Bin Gega (78) meninggal Minggu (12/10/2025) pukul 21.21 Wita. 

Lalu disusul sang istri, Habiba Binti Agera (78) dua jam kemudian, 23.30 Wita.

Jumat (10/10/2025) siang, pasangan ini terakhir terlihat tetangga. Si istri, terjatuh saat menjemur pakaian.

Lalu, keesokan harinya, keduanya saling meratapi di kamar, sepanjang Sabtu. 

Baca juga: Romeo dan Juliet dari Donri Donri, 61 Hari Bulan Madu di Tarakan, Selalu Ngopi Bareng di Teras

Malamnya, keduanya ini disemayam, dimandikan, dishalatkan, dan dimakamkan berdampingan.

Ternyata kisah serupa sudah banyak di Sulsel.

Berikut catatan Tribun, setidaknya ada enam.

Romansa dan kisah Kematian mereka bikin iri para pendamba kesetiaan dan komitmen pasangan. 

 

  1. Daeng Se’re Konjo dan Daeng Sali Parigi (Gowa, 2019)

KALA pandemi COVID-19 mewabah, Minggu (1/9/2019), warga Dusun Konjo, Desa Konjo, Kecamatan Parigi, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulsel, geger.

Kakek berusia 101 tahun, Daeng Se're Konjo meninggal dunia pukul 10.00 Wita, jelang siang.

Sang istri, Daeng Sali Parigi (96) menyusul riga jam kemudian, sekitar pukul 13.00 Wita

Sri Nur Fajrianti, salah seorang cucu pasangan sejoli ini, menyebut saat neneknya sakit, sang kakek terus menemani dan mendampingi.

Keduanya disemayamkan, dimandikan, dishalatkan dan makam keduanya pun terletak berdampingan.

 

2. Batriy Selkam dan Maimunah Yunus (Makassar, 2019)

AGUSTUS 2019 lalu, sepasang suami-istri, Batriy Selkam (75) dan Maimunnah Yunus (73) meninggal di tempat dan waktu nyaris bersamaan.

Maimunah meninggal dunia Minggu (4/8) pukul 13.30 Wita sementara suaminya, Batriy Selkam, meninggal Senin (5/8) dini hari, 01.40 Wita. 

Durasi kematiannya, kurang 12 jam.

Keduanya pensiunan guru agama. Si suami, di Ponpes An-Nahdlah, Layang, Makassar. Sedangkan suami guru di Madrasah Aliyah Makassar.

Sejak 25 tahun terakhir, keduanya buka TPA di rumahnya, Jl Cakalang, Kecamatan Bontoala, Makassar. 

Namun, anaknya menjalankan wasiat orangtua saat sakit sedekade terakhir. 

Keduanya dimakamkan seliang di kampung halamannya, Desa Talaka, Kecamatan Ma’rang, sekitar 16 km utara Pangkajene, Pangkep.

 

3. KH Idrus Makkawaru dan Hajjah Saniati (Katangka, 2020)

SEHARI jelang peringatan ke-75 Kemerdekaan Indonesia, 16 Agustus 2020, sepasangan guru dan tokoh agama asal Bantaeng, meninggal di rumahnya, kawasan Katangka, Kecamatan Somba Opu, Gowa.

SI suami, Kiai Haji H. Idrus Makkawaru (74) meninggal dunia, setelah menuntun syahdat dan talqin ke istrinya, Hajjah Sitti Saniati (64 tahun).

“Seperti sudah janjian,” kata Prof Dr Ahmad Musyahid MA, putra kedua pasangan ini kepada Tribun di awal masa pendemi COVID 19.

Tahun 1990-an, KH Idrus Makkawaru adalah Kakandepag Bantaeng, sekaligus tokoh Nahdlatul Ulama (NU) kabupaten pesisir itu.

Istrinya, guru madrasah dan anggota majelis taklim.

Keduanya pergi meninggalkan lima orang anak, yaitu Ahmad Mujahid, Ahmad Musyahid, Nur Abidah, Ahmad Mujaddid dan Muwahidah.

"Sehidup semati. Romantisme ini dibuktikan dua pasangan suami isteri ayahanda H. Idrus Makkawaru bersama istrinya Hj St Saniati (Mantan Kakankemenag Bantaeng dan mantan Ketua DWP Kemenag Bantaeng)," tulis Wardy Siradj, HUmas Kemenag Sulsel dengan memposting foto kedua jenazah saat berada di rumah duka.

 

4. Imran dan Halijah (Makassar, 2022)

KISAH sejoli tak terpisahkan juga bikin heboh warga utara Makassar, tiga tahun lalu, Selasa 8 Februari 2022.

Pasangan M Imran (63) dan Sitti Halijah (61), menyita perhatian warga Jl Barukang III< Kelurahan>

Si istri, Halijah meninggal, Selasa sore di RS Angkatan Laut, Tabaringan, sekitar 1,5 km dari rumah mereka.

Pagi harinya, si suami, sempat mengantar sang istri ke UGD rumah sakit.

Namun, untuk urusan administrasi BPJS suami pulang ke rumah, mengambil salinan kartu keluarga dan KTP.

Halijah dilaporkan meninggal pukul 17.00 wita, di hari yang sama.

Keluarga lalu mencari Imran. Namun, jelang Magrib si suami ditemukan di samping meja ruang tamu, sudah tak bernyawa.

Tidak diketahui, siapa yang meninggal lebih dulu.

Seorang tetangga masih melihat si suami, setelah shalat Azar.

Ratusan tetangga, kerabat, jamaah masjid, sahabat dan orang dekat melayat pasangan ramah dan murah senyum ini. 

Bentuk penghotmatan ke pasangan ini, Camat Ujung Tanah Ibrahim Chaidar Said,S.IP,M.Si, di dampingi lurah Pattingalloang melayat di rumah duka.

5. Husen dan Biba (Donri-Donri, 2025)

SEPASANG suami istri asal kampung Dare Ajue, Desa Lalabata Riaja, Kecamatan Donri-Donri, Kabupaten Soppeng, Sulsel, meninggal dunia di tempat sama dan waktu hampir bersamaan.

Si suami, Husen Husen Bin Gega (78 tahun) meninggal Minggu (12/10/2025) pukul 21.21 Wita. 

Lalu disusul sang istri, Habiba Binti Agera (78), dua jam kemudian, 23.30 Wita.

Kabar kematian sepasang suami-istri ini awalnya diungkap melalui akun media sosial, Wakil Bupati Soppeng Selle KS Dalle (54), Minggu (12/10) lalu. 

Di kampung Lalabata Riaja, Husen dan Biba ibarat perangko dan amplopnya.

Rifai (35), tetangga rumah pasangan ini selalu terlihat berdua.

Saban pagi, setelah Biba membuat kopi, Husen duduk di teras rumah.

Aktivitas rutinnya adalah bercanda sambil ngopi bareng di teras.

“Banyak saksi tetangga yang lihat mereka duduk pangkuan,” ujar Rifai (35) tetangga pasangan ini.

Warga kampung mengenal pasangan petani ini murah senyum, suka bercanda, selalu menyapa tetangga, aktif di kegiatan sosial keagamaan.

Sejatinya, jodoh pasangan ini dimulai dekade awal 1980-an.

Tanda-tanda kebersamaan mereka akan berakhir saat Jumat (10/10/2025) lalu.

Pagi, sekitar pukul 09.00 Wita, Habibah terpeleset di samping rumah batu semi permanen mereka.

“Habis mencuci, ibu mau menjemur pakaian, lalu jatuh,” ujar Baharuddin.

Biasanya Biba mencuci Husen menjemur. 

Tapi, Jumat pagi itu, Biba mencuci namun juga ingin sekaligus menjemur pakaian.

Husen lagi di teras, melihat istrinya terjatuh.

Dia lalu meminta pertolongan anak sulungnya.

Dan, Jumat itu jadi cuci dan jemur terakhir pasangan ini.

Setelah Jumatan, kondisi Biba mulai drop. Sadar namun minta suaminya selalu menemani di sampingnya.

Sabtu (11/10) pagi, tak ada lagi kopi di teras. Tak ada lagi canda ria.

Husen murung di samping istrinya. 

Pagi, siang, petang hingga malam, Biba hanya di peraduan.

Makanan dipasok anak dan cucu dari rumah sebelah.

Sabtu malam, tangis Husen pecah. 

Setelah meratapi dan memeluk mayat istrinya, selama dua jam, Husen menyusul.

Minggu, keesokan harinya, mayat pasangan ini disemayam, dimandikan, dishalatkan, dan dimakamkan berdampingan.

Husen sudah menikah dan ditinggal mati istrinya. 

Dari istri pertama, duda Husen membawa tiga anak; satu pria dua wanita.

Sedangkan Biba janda dengan satu anak.

Mereka menikah di usia hampir 30 tahun.

“Saya masih kelas 3 SD waktu Husen melamar ibu,” ujar Baharuddin, anak keempat kelahiran 1977.

Tahun Usia pernikahan mereka kini, sudah lebih 43 tahun.

 

6. Datu Museng dan Maipa Deapati 

Di abad ke-15 Masehi, kisah cinta Datu Museng dan Maipa Deapati jadi legenda. 

Datu Museng pria asal kerajaan Gowa, bnyak dapat tantangan saat mengejar Maipa Deapari, wanita asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat.

Di Makassar, nama mereka diabadikan menjadi nama jalan  berada tepat di depan Pantai Losari.

Di Anjungan Pantai Losari, pemerintah kota mengabdikan patung Datu Museng dan Maipa Deapati, sederetan patung pahlawan lainnya.

Kisah cinta mereka dibukukan dalam  Kisah Cinta Datu Museng & Maipa Deapati karya Zainuddin Tika, H. Mappaujung Maknun, Mas'ud Kasim, Hj. Rosdiana.

Buku ini diterbitkan Lembaga Kajian dan Penulisan sejarah Budaya Sulawesi Selatan, di Gowa tahun 2015.

Tahun 2017, sutradara Syahrir “Rere Art2Tonic’ Arsyad Dini (52), mengadaptasinya dalam film drama kolosal; Maipa Deapati & Datu' Museng.

Film ini diangkat dari legenda rakyat Makassar tentang cinta antara Maipa Deapati (putri Kesultanan Sumbawa) dan Datu' Museng (pemuda dari Kerajaan Gowa) yang berakhir tragis di tangan penjajah Belanda. (zil)

Sumber: Tribun Timur
Halaman
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved