MBG
Cerita Guru di Balik Program MBG: Sisa Makanan untuk Pakan Ternak hingga Pengajar Jadi Pengepul
Pengajar kini menjadi “pengepul dadakan” makanan sisa Makan Bergizi Gratis di Jakarta.
TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sebuah sekolah negeri di Cipinang Melayu, Jakarta Timur, menghadirkan cerita soal gizi, kerja tambahan, dan makanan sisa yang dimanfaatkan kembali.
D, guru ASN PPPK di sekolah itu, menceritakan bagaimana para pengajar kini menjadi “pengepul dadakan” makanan sisa MBG.
Setiap hari, mereka memilah tray: mana makanan masih layak, mana yang sudah bercampur, dan mana yang bisa dimanfaatkan.
“Anak-anak jarang menghabiskan makanannya. Kadang cuma satu atau dua hari dalam seminggu. Sisanya banyak yang zonk, ada yang berbau, berair, atau hambar,” ujar D, Senin (29/9).
Sisa makanan seperti nasi, tahu semur, hingga potongan daging sering terkumpul.
Para guru memanfaatkannya sebagai pakan ternak atau diolah kembali.
Baca juga: 8 Rumah Bergizi Beroperasi di Sinjai Layani 24 Ribu Siswa, TNI Pastikan Tak Ada Keracunan
“Nasi yang sudah tercampur dibawa pulang untuk ayam atau soang. Ada juga potongan daging yang saya masak ulang jadi rica-rica,” kata D.
Menurutnya, kondisi ini menggambarkan realitas sederhana warga di pinggiran Jakarta.
“Kalau bisa dimanfaatkan, ya dimanfaatkan. Alhamdulillah sejauh ini nggak ada yang keracunan,” tambahnya.
Namun, D mengeluhkan kerja tambahan yang muncul. Guru harus mengurusi tray makanan, memastikan tidak rusak, dan mengganti jika ada yang hilang.
“Pembagian MBG itu repot. Tray-nya harus utuh,” tegasnya.
Ia juga menilai waktu belajar terganggu. MBG datang pagi, bahkan sebelum jam istirahat.
“Jam belajar jadi berkurang. Anak-anak makan jam 7, padahal istirahat jam 9,” katanya.
Meski ada makanan gratis, banyak siswa tetap jajan di kantin.
Mereka menganggap menu MBG kurang mengenyangkan dan tidak menggugah selera.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.