Sakitnya Hati Sri Mulyani saat Lukisan Bunga Dijarah: Lenyapnya Rasa Aman, Rasa Kepastian Hukum
Sejumlah barang berharga raib, termasuk lukisan bunga karya tangannya sendiri yang dilukis 17 tahun lalu.
TRIBUN-TIMUR.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani di Bintaro, Tangerang Selatan kecewa berat dengan aksi penjarah gasak lukisannya.
Rumah Sri Mulyani menjadi sasaran penjarahan massa saat kerusuhan Minggu (31/8/2025).
Sejumlah barang berharga raib, termasuk lukisan bunga karya tangannya sendiri yang dilukis 17 tahun lalu.
Ia menyebutnya sebagai simbol perenungan dan kontemplasi diri.
Sekaligus bagian dari cerita rumah tempat anak-anaknya tumbuh besar.
Rumah Sri Mulyani yang berada di Jalan Mandar, Bintaro Sektor 3A, Tangerang Selatan.
Sejumlah orang tampak mengambil barang-barang di rumah Bendahara Negara itu.
Termasuk sebuah lukisan bunga menggunakan cat minyak yang dilukis di atas kanvas yang cukup besar.
Sosok orang yang mengambil lukisan itu pun sempat terekam kamera sedang memanggul barang itu bahkan diwawancara.
Ia mengenakan jaket merah dan helm hitam.
Rupanya, bagi Sri Mulyani, lukisan itu adalah salah satu barang yang memiliki banyak kenangan bahkan sangat pribadi.
Melalui akun Instagram-nya, Sri Mulyani menuliskan, lukisan itu adalah hasil karyanya 17 tahun yang lalu yang merupakan hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri.
Sehingga menyimpan banyak kenangan sama seperti rumahnya yang jadi korban penjarahan, merupakan tempat anak-anak tumbuh dan bermain.
Namun kini, lukisan bunga tersebut sudah hilang, yang dianalogikan seperti hilangnya rasa aman, kepastian hukum, dan perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia.
Meski demikian, lanjut mantan Direktur Eksekutif IMF itu menilai, hilangnya lukisan hasil karyanya tak sebanding dengan meninggalnya sejumlah warga dalam demo beberapa waktu lalu.
Sri Mulyani menyebut meninggalnya Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, hingga Syaiful Akbar saat demo adalah tragedi kelam Indonesia.
Selengkapnya, inilah pernyataan terbaru Sri Mulyani seperti dikutip Tribunnews.com, Rabu (3/9/2025):
Lukisan Bunga Itu
Laki-laki berjaket merah memakai helm hitam tampak memanggul Lukisan cat minyak Bunga diatas kanvas ukuran cukup besar.
Dia membawa jarahannya dengan tenang, percaya diri keluar dari rumah pribadi saya yang menjadi target operasi jarahan hari minggu akhir Agustus 2025 dini hari.
Lukisan Bunga itu bagi penjarah pasti dibayangkan bernilai sekedar seperti lembaran uang.
Lukisan Bunga yang saya lukis 17 tahun lalu adalah hasil dan simbol perenungan serta kontemplasi diri, sangat pribadi.
Seperti rumah tempat anak-anak saya tumbuh dan bermain, sangat pribadi dan menyimpan kenangan tak ternilai harganya.
Lukisan Bunga itu telah raib lenyap seperti lenyapnya rasa aman, rasa kepastian hukum dan rasa perikemanusiaan yang adil dan beradab di bumi Indonesia.
Bagi penjarah, rumah dan barang-barang tersebut hanyalah sekedar target operasi.
Para penjarah seperti berpesta, bahkan diwawancara reporter media: "dapat barang apa mas?" - dijawab ringan, dengan nada sedikit bangga tanpa rasa bersalah: "lukisan".
Liputan penjarahan dimuat di media sosial dan diviralkan secara sensasional.
Menimbulkan histeria intimidatif yang kejam. Hilang hukum, hilang akal sehat dan hilang peradaban dan kepantasan, runtuh rasa perikemanusiaan.
Tak peduli rasa luka yang tergores dan harga diri yang dikoyak yang ditinggalkan. Absurd…!
Minggu kelabu akhir Agustus itu, ada korban yang jauh lebih berharga dibanding sekedar lukisan saya, yaitu korban jiwa manusia yang melayang yang tak akan tergantikan.
Affan Kurniawan, Muhammad Akbar Basri, Sarinawati, Syaiful Akbar, Rheza Sendy Pratama, Rusdamdiansyah, Sumari.
Menimbulkan duka pedih yang mendalam bagi keluarga. Tragedi kelam Indonesia.
Dalam kerusuhan tidak pernah ada pemenang. Yang ada adalah hilangnya akal sehat, rusaknya harapan, runtuhnya fondasi berbangsa dan bernegara kita, negara hukum yang berperikemanusiaan yang adil dan beradab.
Indonesia adalah rumah kita bersama. Jangan biarkan dan jangan menyerah pada kekuatan yang merusak itu.
Jaga dan terus perbaiki Indonesia bersama, tanpa lelah, tanpa amarah dan tanpa keluh kesah serta tanpa putus asa.
Bintaro, 2 September 2025.
Sebelumnya, Sri Mulyani juga sempat menuliskan pernyataan pertama usai kejadian rumah dijarah pada Senin (1/9/2025).
"Terimakasih atas simpati, doa, kata-kata bijak, dan dukungan moral semua pihak dalam menghadapi musibah ini," tulis Sri Mulyani mengawali pernyataannya.
Menurutnya, membangun Indonesia adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah, terjal, dan sering berbahaya.
Ia juga menegaskan, kebijakan dan undang-undang (UU) dibuat melalui sistem yang sah dan transparan, melibatkan pemerintah, DPR, DPD, dan masyarakat.
Jika ada ketidakpuasan, sistem demokrasi telah menyediakan jalur konstitusional, seperti Judicial Review ke Mahkamah Konstitusi atau Pengadilan, bukan dengan anarki, intimidasi, atau kekerasan.
Di akhir, Sri Mulyani memberikan pesan agar masyarakat ikut menjaga dan membangun Indonesia dengan tidak merusak hingga menjarah.
Berikut pernyataan Sri Mulyani usai rumahnya dijarah:
Terimakasih atas simpati, doa, kata-kata bijak, dan dukungan moral semua pihak dalam menghadapi musibah ini,
Saya memahami membangun Indonesia adalah sebuah perjuangan yang tidak mudah, terjal, dan sering berbahaya. Para pendahulu kita, telah melalui itu.
Politik adalah perjuangan bersama untuk tujuan mulia kolektif bangsa, tetap dengan etika dan moralitas yang luhur.
Sebagai pejabat negara saya disumpah untuk menjalankan UUD 1945 dan semua UU. Ini bukan ranah atau selera pribadi.
UU disusun melibatkan Pemerintah, DPR, DPD, dan Partisipasi Masyarakat secara terbuka dan transparan. Apabila publik tidak puas dan hak konstitusi dilanggar UU - dapat dilakukan Judicial Review (sangat banyak) ke Mahkamah Konstitusi.
Bila Pelaksanaan UU menyimpang dapat membawa perkara ke Pengadilan hingga ke Mahkamah Agung. Itu sistem demokrasi Indonesia yang beradab. Pasti belum dan tidak sempurna. Tugas kita terus memperbaiki kualitas demokrasi dengan beradab tidak dengan anarki, intimidasi serta represi.
Tugas negara harus dilakukan dengan amanah, kejujuran, integritas, kepantasan dan kepatutan, profesional, transparan, akuntabel, dan jelas kami dilarang korupsi. Ini adalah kehormatan dan sekaligus tugas luar biasa mulia.
Tugas tidak mudah dan sangat kompleks, memerlukan wisdom - empati, kepekaan mendengar dan memahami suara masyarakat.
Karena ini menyangkut nasib rakyat Indonesia dan masa depan bangsa Indonesia.
Terimakasih kepada seluruh masyarakat umum termasuk netizen, guru, dosen, mahasiswa, media masa, pelaku usaha UMKM, Koperasi, usaha besar, dan semua pemangku kepentingan yang terus menerus menyampaikan masukan, kritikan, sindiran bahkan makian, juga nasihat.
Juga doa dan semangat untuk kami berbenah diri. Itu adalah bagian dari proses membangun Indonesia.
Mari kita jaga dan bangun Indonesia bersama, tidak dengan merusak, membakar, menjarah, memfitnah, pecah belah, kebencian, kesombongan, dan melukai dan mengkhianati perasaan publik.
Kami mohon maaf, pasti masih banyak sekali kekurangan. Bismillah, kami perbaiki terus menerus.
Semoga Allah SWT memberkahi dan melindungi Indonesia.
Jangan pernah lelah mencintai Indonesia
Jakarta, 31 Agustus 2025
Rumah Sri Mulyani Dijarah
Pada Minggu (31/8/2025) dini hari, rumah Sri Mulyani turut dijarah.
Seorang warga yang tinggal tak jauh dari rumah Sri Mulyani, Olaf (34) mengungkapkan, ada dua gelombang massa yang mendatangi rumah berkelir putih itu.
"Gelombang pertama sama gelombang kedua itu lebih banyak yang gelombang ke dua," katanya kepada awak media di lokasi, Minggu.
"Gelombang pertama setengah satu (00.30 WIB). Yang ke dua itu setengah tiga (02.30 WIB)," imbuhnya.
Olaf mengatakan massa tersebut membawa sejumlah barang dari rumah Sri Mulyani mulai dari lukisan, TV hingga piring.
"TV, lukisan, ya itu. Yang gelombang kedua aja bawa piring, bawa baju, dia teriak-teriak 'ini nih, buat ibu gua'," ucapnya.
"Bukan orang sini, saya udah tanya itu rata-rata (dari) Pamulang, ke dua itu dari Tangerang," lanjutnya.
Menurut penuturan Olaf, saat massa datang, Sri Mulyani tidak ada di rumah tersebut. Ia mengatakan bahwa Sri Mulyani tidak menempati rumah itu.
"Ini mah rumahnya emang enggak ada oramg, kosong, cuman barang doang, orangnya mah jarang tinggal di sini," kata dia.
Sementara itu, berdasarkan pantauan Tribunnews.com di lokasi sekira pukul 08.30 WIB, pihak TNI sudah berjaga ketat di akses jalan menuju rumah Sri Mulyani.
Jalan tersebut pun sudah diportal, sehingga warga maupun para awak media tidak bisa mendekat ke rumah berkelir putih itu.
Awak media dan warga hanya bisa melihat rumah tersebut dari jarak kurang lebih 100 meter. (*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah di Balik Lukisan Karya Sri Mulyani 17 Tahun Lalu yang Dijarah, Sosok Penjarah Terekam Kamera.
Berapa Harga Lukisan Sri Mulyani Dijarah Massa? Pelaku Sudah Ditandai |
![]() |
---|
Parpol, Berbenahlah |
![]() |
---|
Tentara Liat Penjarahan Rumah Sahroni Namun Tak Halangi, Wakil Panglima Angkat Bicara |
![]() |
---|
Kabar Terbaru Sri Mulyani Usai Rumahnya Dijarah Massa, Kondisi Rumah hingga Status IG Jadi Perhatian |
![]() |
---|
Reaksi Sri Mulyani Usai Rumah Dijarah 'Jangan Lelah Cintai Indonesia' |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.