Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Cuaca Maros

Viral Hujan Es Guyur Mallawa Maros, BMKG Jelaskan Penyebabnya

Dalam rekaman itu tampak warga memunguti butiran es yang berjatuhan di halaman rumah mereka.

Penulis: Nurul Hidayah | Editor: Saldy Irawan
ISTIMEWA
Hujan Es - Fenomena hujan es terjadi di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (30/10/2025). Peristiwa langka itu terekam dalam video singkat yang dibagikan akun Facebook bernama Sri Murti, Jumat (31/10/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Perubahan iklim global meningkatkan frekuensi cuaca ekstrem, termasuk hujan es.
  • Masyarakat diminta waspada jika melihat tanda-tanda cuaca ekstrem seperti panas menyengat, awan gelap, dan petir sore hari.
  • Pembentukan posko siaga bencana bersama pemerintah desa, kelurahan, dan kecamatan untuk tanggap darurat selama musim penghujan.

 

TRIBUNMAROS.COM, MAROS – Fenomena hujan es terjadi di Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Kamis (30/10/2025).

Peristiwa langka itu terekam dalam video singkat yang dibagikan akun Facebook bernama Sri Murti, Jumat (31/10/2025).

Dalam rekaman itu tampak warga memunguti butiran es yang berjatuhan di halaman rumah mereka.

“Hujan es,” ujar perekam video sambil memperlihatkan bulir-bulir putih yang berserakan di tanah.

Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah IV Makassar, Syamsul Bahri, membenarkan fenomena tersebut.

"Malamnya memang saya lihat ada awan mamatus yang menandakan konveksi awan yang kuat, sehingga sore sampai malam itu hujan deras di sana," katanya dikonfirmasi Tribun Timur, Jumat (31/10/2025).

Ia mengatakan, hujan es memang bisa terjadi di wilayah tropis seperti Indonesia, meski banyak masyarakat yang mengira hanya terjadi di negara bersuhu dingin.

“Kebanyakan orang Indonesia menganggap hujan es hanya terjadi di daerah subtropis. Padahal, di daerah tropis juga bisa terjadi, tergantung kondisi awannya,” jelasnya.

Ia menjelaskan, hujan es terbentuk dari awan kumulonimbus, yakni awan tebal yang memiliki puncak hingga ketinggian 10–12 kilometer dari permukaan tanah.

“Di ketinggian itu, suhu udara bisa mencapai nol derajat bahkan minus. Titik-titik air di awan akan membeku dan berubah menjadi es,” terangnya.

Syamsul menambahkan, di dalam awan kumulonimbus terjadi proses pergerakan udara naik-turun yang sangat kuat.

Titik-titik air dan es yang membeku akan saling bersentuhan hingga ukurannya membesar.

“Ketika berat titik es itu sudah tidak mampu ditahan oleh angin yang menuju ke atas dalam artian gaya gravitasinya lebih besar sehingga jatuhlah dia sebagai hujan es,” ungkapnya.

Ia menuturkan fenomena ini biasanya ditandai dengan cuaca panas terik di pagi hingga siang hari.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved