Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Presiden The Macz Man: PSM Itu Seperti Lagu India, Kadang Menari, Kadang Menangis

Hadir sebagai narasumber lainnya, mantan Asisten Manajer Bidang Humas PSM Makassar Nurman Idrus dan mantan Asisten Manajer PSM, Amir Pallawa Rukka.

Rachmat Ariadi/Tribun Timur
HUT PSM – Suasana perayaan HUT ke-110 PSM Makassar di Stadion BJ Habibie Parepare, Minggu (2/11/2025). Ratusan suporter PSM Makassar berpesta bersama pemain usai laga ulang tahun ke-110 di Stadion BJ Habibie. Flare, tumpeng, dan semangat Siri' na pacce warnai perayaan 

Setelah itu, kalau situasi membaik, harga bisa dinaikkan lagi secara bertahap. Saya yakin suporter pasti mau membantu kalau diajak dengan cara yang baik.

Apakah memang belum memungkinkan bagi klub benar-benar mandiri secara finansial?

Amir PR: Kalau saya lihat, memang industri sepak bola kita belum bisa seperti di negara-negara Barat yang benar-benar hidup dan mandiri.

Seperti disebutkan tadi, biaya untuk Elite Pro Academy saja sudah sangat besar, belum termasuk kewajiban memiliki tim sepak bola perempuan.

Itu belum banyak klub bisa memenuhi. Coba sebut satu klub sudah punya tim perempuan, hampir tidak ada. Di internal PSSI sendiri masih banyak hal yang perlu dibenahi.

Kadang, satu kebijakan yang salah bisa mematikan potensi pemasukan klub, misalnya dengan tidak digelarnya kompetisi Piala Indonesia.

Padahal, turnamen seperti itu justru bisa menjadi sumber pendapatan tambahan.

Saya ingat saat Piala Indonesia antara PSM dan Persija, pertandingan itu masuk rekor dunia, termasuk 10 besar penonton terbanyak. Itu menunjukkan potensi luar biasa.

Tapi kalau tidak ada regulasi dan dukungan yang mendukung klub, ya berat.

PSM pun harus realistis. Tidak semua klub punya sponsor besar. Dulu, Persipura masih bisa bertahan karena disokong Freeport, tapi setelah itu dihentikan, mereka kesulitan juga.

Jadi, jangan salah paham, mengelola klub sepak bola bukan pekerjaan yang menguntungkan.

Saya pribadi masih menyimpan bundel kwitansi-kwitansi pengeluaran. Tidak mudah dan sangat mahal.

Untuk satu kali penerbangan saja bisa menghabiskan Rp120 juta, dan itu dilakukan 17 kali dalam semusim.

Bayangkan kalau harus ke Medan atau ke Serui di Papua, harus transit di beberapa kota. Biaya besar sekali.

Karena itu saya sering bilang, orang yang mau mengelola klub sepak bola itu harus setengah gila, karena bukan untuk cari untung, tapi murni karena cinta.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved