Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Tribun HIS

Tak Punya Tangan, Tapi Punya Harapan, Kisah Ilham Fauzi Difabel Bulukumba Penopang Keluarga

Sejak sang ayah meninggal dunia, Ilham mengambil alih peran sebagai pencari nafkah utama.

Penulis: Samsul Bahri | Editor: Saldy Irawan
TRIBUN-TIMUR.COM/SAMBA
Ilham Fauzi seorang difabel Bulukumba sedang lakoni aktifitasnya dan menceritakan kisahnya, Senin (15/9/2025). Ilham Fauzi menjadi tulang punggung keluarganya 

TRIBUN-TIMUR.COM - Ilham Fauzi bukanlah pemuda biasa.

Di balik keterbatasan fisiknya sebagai seorang difabel tanpa kedua tangan, pria 30 tahun asal BTN Sari Indah, Desa Polewali, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, justru menjadi tulang punggung keluarganya.

Sejak sang ayah meninggal dunia, Ilham mengambil alih peran sebagai pencari nafkah utama.

Ia menanggung beban besar, membiayai hidup delapan adik kandungnya yang masih bergantung, sementara satu kakaknya telah menikah dan mandiri.

"Ada delapan orang adik saya yang masih butuh biaya hidup. Jadi saya turun tangan bantu ibu. Bapak sudah lama meninggal," ujar Ilham saat ditemui, Senin (15/9/2025).
Bertahan Hidup dari Jasa Servis Elektronik

Untuk menyambung hidup, Ilham bekerja sebagai tukang servis elektronik keliling.

Dengan keterampilan yang ia miliki, ia memperbaiki berbagai peralatan rumah tangga seperti televisi, kulkas, mesin cuci, kipas angin, hingga AC dan pompa air.

Namun penghasilannya jauh dari kata pasti.

Dalam sebulan, ia bisa membawa pulang antara Rp500 ribu hingga Rp1 juta bergantung pada ada tidaknya warga yang membutuhkan jasanya.

"Saya tidak pernah mematok harga. Semua saya serahkan ke keikhlasan pelanggan," jelasnya.

Ilham melayani jasa servis dari rumah ke rumah, menjangkau berbagai wilayah mulai dari Bulukumba, Bantaeng, Sinjai, Jeneponto, hingga ke Makassar.

Keterbatasan fisik yang ia alami bermula dari sebuah insiden tragis pada 2018. 

Saat itu, Ilham yang masih berstatus siswa magang dari SMKN Lembang Bulukumba tengah bekerja sebagai tukang las di sebuah kapal di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.

Hari itu, sekitar pukul 11.00 Wita, ia tersengat aliran listrik saat mengelas bagian dalam kapal.

Ilham ditemukan tak sadarkan diri oleh rekan-rekannya dan segera dilarikan ke rumah sakit.

Sayangnya, fasilitas medis di daerah tersebut tak memadai untuk menangani luka serius yang ia alami. Ia akhirnya dirujuk ke RS Wahidin Sudirohusodo di Makassar.

Di sana, dokter memutuskan bahwa kedua lengannya harus diamputasi.

Kehilangan kedua tangan menjadi pukulan berat. Namun, Ilham memilih untuk tidak menyerah.

Setelah menjalani pemulihan, Ilham tidak larut dalam keterpurukan. Ia mengikuti pelatihan servis elektronik khusus untuk difabel di Makassar.

Bekal ilmu dari pelatihan itu menjadi titik balik hidupnya.

Ia kembali ke kampung halamannya di Bulukumba dan mulai membuka jasa servis elektronik secara mandiri.

Dari penghasilannya yang terbatas, Ilham mampu membiayai kehidupan keluarga, termasuk pendidikan adik-adiknya.

Meski hidupnya sederhana dan penuh keterbatasan, semangat Ilham menjadi inspirasi bahwa keterbatasan fisik bukanlah akhir dari segalanya.

"Yang penting tetap semangat. Karena saya tahu, adik-adik saya butuh saya," tuturnya.

Sejak kecelakaan itu, Ilham hanya sekali menerima bantuan dari lembaga sosial, yakni dari Baznas dalam bentuk dukungan pengembangan keahlian.

Selebihnya, ia bertahan sendiri mengandalkan keterampilan dan keikhlasannya dalam melayani warga.(*)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved