Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Banjir Barru Sulsel

Bukti Kerusakan Alam di Barru Sulsel, Daftar Banjir Bandang 7 Tahun Terakhir

Kabupaten Barru Sulawesi Selatan kembali diterjang banjir, dalam tujuh tahun terakhir banjir bandang sudah terjadi sebanyak 5 kali.

|
Editor: Muh Hasim Arfah
Dok Google Earth
BARRU 2024- Citra satelit Kelurahan Palanro, kecamatan Mallusetasi, Barru, Sulawesi Selatan, Indonesia melalui Google Earth tahun 2024. Banjir menerjan wilayah ini, Minggu (26/10/2025). 

TRIBUN-TIMUR.COM- Kabupaten Barru Sulawesi Selatan kembali diterjang banjir

Akibatnya, air menerjang perumahan hingga jalanan. 

Tembok pagar rumah jabatan Wakil Bupati Barru roboh. 

Salah satu penyebab banjir diduga aktivitas tambang dan pembukaan lahan di daerah hulu Kabupaten Barru

Dilihat dari google earth per tahun 2024, area Kelurahan Palanro, Kecamatan Mallusetasi, Barru, Sulawesi Selatan, Indonesia sudah nampak cokelat. 

Tak lagi hijau. 

Baca juga: Amson Padolo: Galian C Picu Banjir di Barru

Artinya, ada pembukaan lahan hijau selama ini. 

Sementara itu, gambar dari 2014, area ini masih sebagian besar hijau. (Lihat perbandingan gambarnya)

Anda perhatikan gambar di bawah ini, area pegunungan masih hijau dibandingkan kondisi saat, 2024.   

BARRU 2014- Citra satelit Kelurahan Palanro, kecamatan Mallusetasi, Barru, Sulawesi Selatan, Indonesia melalui Google Earth tahun 2014. Kondisi alam masih hijau.
BARRU 2014- Citra satelit Kelurahan Palanro, kecamatan Mallusetasi, Barru, Sulawesi Selatan, Indonesia melalui Google Earth tahun 2014. Kondisi alam masih hijau. (Google Earth)

Aktivitas tambang galian C di wilayah Mallusetasi disinyalir menjadi pemicu banjir hingga ke badan jalan poros Trans Sulawesi.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Barru menyebut aktivitas tambang galian C ini menjadi salah satu penyebab banjir.

Kepala BPBD Sulsel Amson Padolo mengaku tambang galian C bisa saja menjadi penyebab banjir.

"Jadi itukan kajian teman-teman BPBD Barru saya rasa itu melalui studi lapangan resiko bencananya, jadi memang kemungkinan itu bisa saja terjadi," kata Amson Padolo saat dihubungi Tribun-Timur.com pada Senin (27/10/2025).

Dalam proyek pertambangan, Galian C tidak termasuk komoditas strategis dan vital.

Pasalnya galian C hanya merujuk pada galian batuan seperti pasir urug, tanah urug, andesit, tanah liat, kerikil dan semacamnya.

Berbeda dengan Galian A pada komoditas tambang strategis misalnya minyak bumi, gas alam, batubara, timah, nikel.

Sedangkan galian B pada komoditas tambang vital seperti emas, tembaga, perak dan intan.

Amson mengaku dibutuhkan juga kajian akademis dalam menentukan pengaruh dari galian C tersebut terhadap banjir

"Kajian itukan pasti juga akan ada akademisnya. kemungkinan-kemungkinan itu pasti sesuai dengan kajian. Kami akan lakukan juga kajian tentang itu," katanya.

Tambang Galian C biasanya ditemukan pada daerah dengan cadangan bahan tambang non logam alami.

Umumnya dilakukan dekat dengan sungai, perbukitan, lembah atau Kawasan karst.

Bantaran sungai umumnya dilakukan penambangan pasir, kerikil dan batu kali.

Sementara di Kawasan perbukitan, lokasi tambang batu andesit, batu pecah dan batu padas.

Di daerah karst, sumber batu kapur, marmer hingga tanah liat menjadi bajan industry semen dan keramik.

Pada daerah dataran, biasanya galian c dilakukan untuk mengambil tanah urug atau tanah liat.

Kepala Pelaksana BPBD Barru, Umar Sinampe mengataka alih fungsi gunung akibat galian c menurunkan daya serap air ke dalam tanah.

Sehingga air masuk ke pemukiman warga dan badan jalan.

"Analisa itu bisa saja beralasan, karena kondisi pegunungan yang mulai dialih fungsikan. Tentu ini mengngganggu penyerapan air ke tanah, bahkan cenderung menjadi aliran permukaan," katanya kepada Tribun-Timur.com, Senin (27/10/2025).

Umar mengungkapkan, kondisi ini diperparah tingginya intesitas hujan yang melanda Barru beberapa hari terakhir.

Kontur wilayah Mallusetasi memang rawan terjadi banjir.

Sebab jarak pemukiman padat penduduk, wilayah gunung, perbukitan dan garis laut sangat dekat.

"Intensitasnya sangat lebat dan kemarin itu kebetulan sekali bersamaan dengan pasangnya air laut, kalau kita lihat Mallusetasi itukan jarak pemukiman, gunung dan laut berseberangan, sehingga kondisi ini memungkinkan terjadi banjir di badan jalan," ungkapnya.

Dia pun meminta warga untuk mewaspadai terjadinya banjir susulan dikarenakan curah hujan tinggi masih akan melanda Barru hingga beberapa hari ke depan.

Aktivitas Pertambangan

Pakar Bencana Hidrologi Unhas, Prof Andi Maulana, mengatakan banjir yang terjadi bukan hanya disebabkan oleh aktivitas pertambangan, tetapi merupakan hasil akumulasi dari berbagai faktor yang saling berkaitan.

"Ini adalah akumulasi dari banyak hal, yang pertama berasal dari tidak sinkronnya Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),” katanya, Senin (27/10/2025).

Ia menuturkan, jika RT RW benar-benar dipatuhi dan dijalankan dengan konsisten, maka pembukaan lahan di wilayah hulu dapat diminimalkan. 

Namun dalam praktiknya, banyak pelanggaran yang terjadi.

"Ada juga pembukaan lahan untuk perkebunan, pembangunan infrastruktur, jalan, dan sebagainya. Semua itu berkontribusi terhadap meningkatnya risiko banjir,” ungkapnya.

Menurutnya, banjir yang terjadi merupakan akumulasi dari lemahnya kepatuhan terhadap tata ruang dan kurangnya kesadaran terhadap pentingnya mitigasi.

“Masalahnya, orang sering kali tidak terlalu antusias bicara mitigasi karena merasa belum terjadi bencana. Padahal justru sebelum banjir datang, mitigasi itu harus dilakukan,” ujarnya.

Ia menjelaskan, langkah-langkah mitigasi seharusnya dilakukan jauh sebelum musim hujan tiba, seperti membersihkan saluran air, menormalisasi sungai, dan mengedukasi masyarakat di wilayah hulu agar tidak sembarangan membuka lahan.

“Semakin ke sini, kepatuhan terhadap tata ruang semakin menurun. Akibatnya, akumulasi dampak terus terjadi dan setiap tahun kita menghadapi masalah yang sama. Kalau pola pikir atau mindset penanggulangan bencana tidak diubah, maka kondisi ini akan terus berulang,” jelasnya.

Adapun kata Guru Besar Unhas itu, penanggulangan bencana tidak boleh bersifat musiman.

“Kalau bicara banjir, jangan tunggu musim hujan baru sibuk. Harusnya jauh sebelum itu, kita sudah melihat faktor-faktor yang berpotensi memicu banjir dan memperbaikinya agar risikonya berkurang,” kata dia.

Menurutnya, manajemen bencana adalah proses yang berlangsung sepanjang tahun.

“Sebelum musim hujan, harus sudah direncanakan sistem peringatan dini dan langkah mitigasinya. Setelah musim hujan, dilakukan evaluasi. Itulah yang disebut siklus manajemen bencana,” ujarnya

Ia berharap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) di tiap wilayah dapat menjalankan peran strategisnya dalam merencanakan dan memprogramkan upaya mitigasi secara berkelanjutan.

“Bencana ini sifatnya rutin dan berulang, jadi harus diprogramkan. Sekarang ini yang sering terjadi, program baru dibuat setelah bencana datang. Itu keliru. Kalau sudah terjadi bencana, berarti kita sudah masuk ke tahap emergency response, bukan mitigasi lagi,” jelasnya.

Lebih lanjut, Prof Maulana menilai bahwa pemahaman tentang siklus manajemen bencana belum sepenuhnya menjadi kesadaran bersama di kalangan pemangku kepentingan.

“Pemahaman ini belum mainstream di semua pihak. Padahal, jauh sebelum bencana terjadi, seharusnya sudah dilakukan upaya mitigasi dan peringatan dini, agar risiko yang muncul bisa dikurangi,” ungkapnya.

Kasus-kasus Penting

  • Desember 2018: Hujan deras selama dua hari menyebabkan beberapa kecamatan di Barru terendam banjir hingga ketinggian 50-100 cm. Beberapa rumah terendam, jalur akses terganggu. 
  • Januari 2020: Cuaca ekstrem (hujan deras + angin kencang) melanda enam kabupaten di Sulsel, termasuk Barru, yang mengalami banjir dan genangan air. 
  • Februari 2023: Hujan lebat dan angin kencang di Barru menyebabkan 1.149 KK terendam di 4 kecamatan (Barru, Balusu, Tanete Rilau, Tanete Riaja). Ketinggian air mencapai hingga 1,5 meter di sebagian lokasi. 
  • Desember 2024: Banjir dan longsor di Barru memengaruhi 55.662 jiwa di tujuh kecamatan; satu orang dilaporkan meninggal. 
  • Mei 2025: Seorang anak berusia 10 tahun tewas terseret arus banjir mendadak ketika mandi di sungai di Barru. 

 

(tribun-timur.com/renaldy cahyadi/faqih imtiyaaz)

Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved