Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Aktivitas Tambang Diduga Pemicu Banjir Barru, Pakar Minta BPBD Gencar Lakukan Mitigasi Dini

Prof Andi Maulana, menilai penyebab banjir tidak hanya karena pertambangan, tetapi merupakan akumulasi dari berbagai faktor

Penulis: Renaldi Cahyadi | Editor: Saldy Irawan
ISTIMEWA
BANJIR BARRU - Kondisi banjir di Kabupaten Barru saat menggenangi rumah warga, Minggu (26/10/2025). BPBD Sulsel menilai kajian lapangan dan akademis dibutuhkan dalam menentukan pengaruh galian C terhadap banjir merendam dua kecamatan di Barru. 

TRIBUN-TIMUR.COM - Banjir melanda dua wilayah di Kabupaten Barru sejak Minggu (26/10/2025).

Air sempat merendam Jalan Poros Makassar–Parepare, sehingga arus lalu lintas terganggu.

Banjir diduga dipicu oleh maraknya aktivitas tambang galian C di Kecamatan Mallusetasi.

Aktivitas ini menyebabkan air meluap hingga ke badan Jalan Poros Trans Sulawesi.

Pakar Bencana Hidrologi Unhas, Prof Andi Maulana, menilai penyebab banjir tidak hanya karena pertambangan, tetapi merupakan akumulasi dari berbagai faktor yang saling berkaitan.

“Banjir ini terjadi karena banyak hal, salah satunya ketidaksinkronan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW),” ujarnya, Senin (27/10/2025).

Menurutnya, jika RTRW dijalankan dengan konsisten, pembukaan lahan di daerah hulu bisa diminimalkan.

Namun kenyataannya, banyak pelanggaran seperti pembukaan lahan untuk perkebunan, pembangunan infrastruktur, dan jalan, yang semuanya meningkatkan risiko banjir.

“Masalah utamanya adalah lemahnya kepatuhan terhadap tata ruang dan rendahnya kesadaran mitigasi,” katanya.

Prof Maulana menjelaskan, mitigasi harus dilakukan jauh sebelum musim hujan, seperti membersihkan saluran air, menormalisasi sungai, dan mengedukasi masyarakat agar tidak sembarangan membuka lahan.

“Setiap tahun kita menghadapi masalah yang sama karena kepatuhan terhadap tata ruang terus menurun. Jika pola pikir penanggulangan bencana tidak diubah, kondisi ini akan terus berulang,” tegasnya.

Ia menekankan, penanggulangan bencana tidak boleh bersifat musiman.

“Jangan menunggu musim hujan baru sibuk. Upaya mitigasi harus direncanakan sepanjang tahun,” ujarnya.

Menurutnya, manajemen bencana harus mencakup seluruh siklus mulai dari perencanaan, sistem peringatan dini, mitigasi sebelum musim hujan, hingga evaluasi setelahnya.

Prof Maulana berharap BPBD di setiap daerah dapat menjalankan peran strategisnya dalam merencanakan dan memprogramkan mitigasi secara berkelanjutan.

Sumber: Tribun Timur
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved