TRIBUN-TIMUR.COM, JAKARTA - Ketua Dewan Pers Prof Dr Komaruddin Hidayat MA (72) mengingatkan bahaya publik atas penggunaan serampangan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) oleh media massa dan jurnalis.
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2006-2015) ini mencontohkan sosok Datuk Maringgih di serial sinema elektronik Siti Nurbaya (TVRI; 1991-1992).
Peran dramatis realisnya di sinetron adaptasi dari roman Kasih Tak Sampai (Marah Rusli; 1922) itu, dibenci, dicaci hingga diludahi oleh masyarakat.
"Saya ingat, di pasar pedagang, penjual meludahi dan buang muka saat lihat (pemeran) Datuk Maringgih. Aslinya, dia itu orang sangat baik. Tapi karena peran antagonis di (sinetron) Siti Nurbaya, masyarakat membencinya," ujar Komaruddin Hidayat di hall Dewan Pers, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Kamis (21/8/2025) siang.
Menurutnya itulah fenomena post truth dengan era artificial intelligence (AI).
Ketua Dewan Pers menyampaikan itu dalam sambutan tanpa teks di hadapan peserta Pelatihan hybrid Penggunaan AI untuk Desain Proposal Marketing Bisnis Pers 2nd batch.
Di aula Dewan Pers hadir sekitar 20-an audience. Peserta daring via aplikasi Zoom Meeting dan Channel YouTube mencapai 130-an.
Hadir juga Ketua Komisi Digital Sustainability Dewan Pers Dahlan Dahi (53), sebagai pengantar pelatihan.
Pemateri kuncinya, Ramya Prajna Sahisnu. Dia Konsultan Digital & Teknologi Co-CEO Think.Web.
Menurut Komaruddin, kala melihat langsung Datuk Maringgih, audiens sinetron itu hanya mempercayai realitas faktual sesuai dengan perasaan dan subyektivitas pribadinya.
Publik hanya tahu realitas bentukan persepsinya dari sinetron produksi TVRI itu.
Mereka, jelas Komaruddin, tak mau lagi cari tahu siapa Datuk Maringgih sosok jahat yang menindas, menikahi dan menjebak keluarga Siti Nurbaya sehingga cintanya dengan Syamsul Bahri tak kesampaian hingga akhir hayatnya.
Dalam realiatas sesungguhny Datuk Maringgih hanya aktor di senitron adaptasi dari roman Siti Nurbaya; Kasih Tak Sampai terbitan Balai Pustaka 1922.
Roman karya Marah Rusli ini diadaptasi jadi sinetron oleh sutradara Dedi Setiadi tahun 1991.
Kala itu, Datuk Maringgih diperankan aktor kawakan Haji Incik Muhammad (HIM) Damsyik (1929-2012).