Tim Publication Manajemen Unit ini bekerja dalam pengawasan tersebut.
"Jadi di Unhas ada publication manajemen unit, yang akan kita optimalkan didorong bisa lebih banyak dipantau dosen-dosen.
Kita akan lakukan sosialisasi supaya mereka lebih selektif dan hati-hati publikasikan artikelnya," jelas Ishaq Rahman.
Laporan yang terbit pada Juli 2025 menilai tingkat integritas riset berdasarkan dua indikator utama.
Pertama rasio makalah yang ditarik kembali (retraction rate).
Kemudian publikasi di jurnal yang telah dicoret dari indeks bereputasi (delisted journals).
Akademisi lulusan Tohoku University Jepang, Hasanudin Abdurakhman menyebut data ini menunjukkan masalah integritas penelitian di Indonesia.
"Artinya, Universitas yang dianggap beresiko tinggi dalam soal integritas itu terbukti banyak mempublikasikan artikel tidak bermutu, berisi fraud, atau menerbitkan jurnal abal-abal," tulisnya dalam media sosial Facebook, dikutip pada Jumat (4/7/2025).
Hasanudin Abdurakhman menganalisis sejumlah penyebab maraknya riset yang dinilai abal-abal.
Belasan tahun belakangan, dosen disebutnya memang memiliki tekanan dalam publikasi riset internasional.
Ia menilai riset yang lahir akhirnya berubah dari semula pengembangan ilmu pengetahuan, kini hanya menunaikan kewajiban aturan.
"Dengan tekanan publikasi, sementara kemampuan riset minim, ditambah dana cekak maka mereka melakukan akrobat riset. Maka muncullah paper abal-abal yang diterbitkan di jurnal abal-abal," tegasnya.
Hasil indeks inipun dilihat sebagai bukti minimnya integritas dalam penelitian akademisi di Indonesia.
Pihak Unhas sendiri masih mempelajar data yang dirilis tersebut. Manajemen kampus mengaku akan memperketat pengawasan dan pendampingan pada penulisan maupun penerbitan artikel internasional.
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz