TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hasil Research Integrity Risk Index (RI2) menyeret sejumlah kampus ternama di Indonesia dalam daftar merah.
Riset ini mengukur proporsi jurnal yang telah ditarik dari publikasi ilmiah secara global.
Indeks ini dirancang guna memetakan tingkat risiko institusi terhadap integritas riset mereka.
Terdapat 5 kampus ternama masuk dalam zona merah.
Diantaranya Universitas Bina Nusantara, Universitas Airlangga, Universitas Sumatera Utara, Universitas Hasanuddin dan Universitas Sebelas Maret.
Tiga kampus masuk dalam kategori beresiko tinggi, yakni Universitas Diponegoro, Universitas Brawijaya dan Universitas Pandjajaran.
Merespon data tersebut, Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Unhas Ishaq Rahman menjelaskan pihak kampus masih mempelajari data yang dirilis tersebut.
"Kalau dari sisi Universitas, kita jadikan bahan evaluasi," kata Ishaq kepada Tribun-Timur.com pada Jumat (4/7/2025) malam.
Selama ini, Ishaq mengaku pendampingan pada riset baik mahasiswa maupun akademika kampus selalu dalam pendampingan.
Hanya saja memang, secara kuantitas rasio pendamping pada setiap karya ilmiah masih minim.
Sehingga Unhas disebutnya akan memperketat pengawasan pada setiap penulisan artikel publikasi.
Pendampingan kepada mahasiswa pun akan diperkuat dari proses penelitian hingga penerbitan pada jurnal.
"Dengan adanya laporan itu, Unhas akan memperketat pengawasan artikel kita. Kita akan memastikan artikel akademika Unhas akan terverifikasi pada jurnal-jurnal yang memiliki reputasi yang bagus," jelas Ishaq.
"Dari sisi penulis, itu kita akan memaksimalkan pendampingan dalam setiap proses penulisan. Itu sebenarnya selama ini dilakukan, tapi kapasitas masih terbatas. Dosen ada 2.200 sementara kita tidak bisa mendampingi semuanya," ujarnya.
Unhas memiliki tim khusus yang selama ini bertugas memantau publikasi artikel ilmuah.
Tim Publication Manajemen Unit ini bekerja dalam pengawasan tersebut.
"Jadi di Unhas ada publication manajemen unit, yang akan kita optimalkan didorong bisa lebih banyak dipantau dosen-dosen.
Kita akan lakukan sosialisasi supaya mereka lebih selektif dan hati-hati publikasikan artikelnya," jelas Ishaq Rahman.
Laporan yang terbit pada Juli 2025 menilai tingkat integritas riset berdasarkan dua indikator utama.
Pertama rasio makalah yang ditarik kembali (retraction rate).
Kemudian publikasi di jurnal yang telah dicoret dari indeks bereputasi (delisted journals).
Akademisi lulusan Tohoku University Jepang, Hasanudin Abdurakhman menyebut data ini menunjukkan masalah integritas penelitian di Indonesia.
"Artinya, Universitas yang dianggap beresiko tinggi dalam soal integritas itu terbukti banyak mempublikasikan artikel tidak bermutu, berisi fraud, atau menerbitkan jurnal abal-abal," tulisnya dalam media sosial Facebook, dikutip pada Jumat (4/7/2025).
Hasanudin Abdurakhman menganalisis sejumlah penyebab maraknya riset yang dinilai abal-abal.
Belasan tahun belakangan, dosen disebutnya memang memiliki tekanan dalam publikasi riset internasional.
Ia menilai riset yang lahir akhirnya berubah dari semula pengembangan ilmu pengetahuan, kini hanya menunaikan kewajiban aturan.
"Dengan tekanan publikasi, sementara kemampuan riset minim, ditambah dana cekak maka mereka melakukan akrobat riset. Maka muncullah paper abal-abal yang diterbitkan di jurnal abal-abal," tegasnya.
Hasil indeks inipun dilihat sebagai bukti minimnya integritas dalam penelitian akademisi di Indonesia.
Pihak Unhas sendiri masih mempelajar data yang dirilis tersebut. Manajemen kampus mengaku akan memperketat pengawasan dan pendampingan pada penulisan maupun penerbitan artikel internasional.
Laporan Wartawan Tribun-Timur.com, Faqih Imtiyaaz