Musda Golkar

Mesra di Warkop, Taufan Pawe vs Ilham Arief Sirajuddin Kawan atau Lawan di Musda Golkar?

Penulis: Erlan Saputra
Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

MUSDA GOLKAR SULSEL- Momen Taufan Pawe dan Ilham Arief Sirajuddin usai ngopi bahas Musda Golkar Sulsel di Warkop Phoenam, Jl Boulevard, Makassar, Kamis (19/6/2025) kemarin.

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Ilham Arief Sirajuddin (IAS) mulai merangkul lawan politik jelang Musyawarah Daerah (Musda) Golkar Sulsel 2025. 

Terbaru Ilham Arie Sirajuddin bertemu Taufan Pawe Ketua DPD 1 Golkar Sulsel.

Pertemuan keduanya di Warkop Phoenam, Jl Boulevard Makassar, Kamis (19/5/2025) siang. 

Pengamat politik Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar, Andi Luhur Prianto, menilai dinamika politik ini sebagai manuver khas IAS yang cenderung akomodatif dalam menghadapi kompetisi politik. 

Di sisi lain, TP dinilai mampu menjaga silaturahmi sembari membaca realitas baru di tubuh partai berlambang pohon beringin.

“Manuver politik seperti ini khas IAS, berkarakter akomodatif menghadapi kompetisi. Ketemu TP juga bisa merawat silaturahmi dan lebih terbuka menerima realitas politik baru di Golkar,” ujar Andi Luhur kepada Tribun-Timur, Jumat (20/5/2025).

Baca juga: Pengamat Dedi Alamsyah: Ketua Golkar Sulsel ke Depan Tak Boleh Baperan

Hubungan personal Taufan Pawe dan Ilham Arief Sirajuddin tetap terjaga.

Kembalinya IAS ke tubuh Partai Golkar memang berlangsung tanpa pelibatan TP selaku Ketua DPD I Golkar Sulsel. 

Menurut Andi Luhur Prianto, hal tersebut bukan indikator adanya konflik pribadi di antara keduanya.

"Secara historis, kembalinya IAS memang tidak melibatkan langsung TP, tetapi mereka tidak punya konflik personal. Itu sebabnya, rekonsiliasi atau komunikasi politik antara keduanya tidak sulit terbangun,” ujar Andi Luhur.

Baginya, IAS punya pengalaman panjang di Golkar. 

Tetapi bagaimanapun, TP tentu lebih memahami peta persaingan dan pola dukungan di Golkar era Bahlil Lahadalia.

Kerja sama keduanya di Musda mendatang belum bisa dipastikan. 

Semuanya akan bergantung pada arah dukungan elit DPP Golkar di Jakarta.

“Kedua tokoh ini bisa saling bekerjasama dan saling mendukung. Tetapi pada saat yang sama, mereka juga bisa menjadi rival keras jika masing-masing memilih tetap konsisten pada patron dan jejaring elitnya masing-masing di DPP,” tegas Dekan FISIP Unismuh Makassar itu.

Halaman
12

Berita Terkini