Entah dari sisi medis, psikologis, atau spiritual, satu hal yang pasti: terminal lucidity adalah momen langka yang sarat makna.
Sebuah isyarat bahwa sebelum seseorang pergi, ada ruang sejenak bagi jiwa untuk berpulang dengan cara paling manusiawi—penuh cinta, dalam kesadaran, dan kedamaian.
Ia mengingatkan kita bahwa kematian tidak selalu datang dalam bentuk perpisahan yang dingin.
Kadang, ia hadir sebagai pertemuan yang hangat—dalam pelukan yang tertunda, dalam kalimat terakhir yang begitu berarti: “Aku sayang kamu.”
Semoga kita semua, ketika saat itu tiba, dipanggil dalam keadaan khusnul khotimah—dengan kesadaran penuh, wajah tenang, dan hati yang telah siap pulang kepada Sang Pencipta, Allah SWT.