TRIBUN-TAKALAR.COM, TAKALAR – Dua pekan menjelang Idul Adha, sejumlah pedagang sapi di Takalar mengeluhkan sepinya pembeli.
“Baru lima ekor yang dipesan,” kata Daeng Nompo, penjaga sapi milik H Timung di Kelurahan Pallantikang, Kecamatan Pattallassang, Senin (19/5/2025).
“Kurang pembeli. Pedagang lain juga saya dengar begitu,” lanjutnya.
Padahal, kata Daeng Nompo, pada tahun-tahun sebelumnya, jumlah pembeli jauh lebih banyak.
“Tahun lalu laku sampai 30 ekor,” ujarnya.
Menurutnya, kondisi ini terjadi karena daya beli masyarakat yang menurun.
“Lagi kurang uang,” katanya singkat.
Selain itu, harga sapi juga naik dibanding tahun lalu.
“Dulu harga sapi 80 kg Rp15 juta, sekarang Rp16 juta,” sebutnya.
Ia menyebut, kenaikan harga ini disebabkan oleh stok sapi yang menurun akibat wabah Penyakit Kuku dan Mulut (PMK).
“Kurang sapi, pernah terserang penyakit,” jelasnya.
H Timung sendiri memiliki 20 ekor sapi jenis Bali. Sapi-sapi ini berasal dari Biring Bulu', Kabupaten Gowa.
Harganya bervariasi tergantung berat. Sapi 60 kg dihargai Rp13 juta, 80 kg Rp16 juta, dan paling mahal 130 kg seharga Rp21 juta.
“Paling banyak tersedia di sini sapi 80 kg,” ungkap Daeng Nompo. (*)