"Bagi Pakistan, menjadikan LoC sebagai bagian dari Perbatasan Internasional berarti menyelesaikan sengketa Kashmir — yang bagi Pakistan adalah semacam 'Cawan Suci' — dengan ketentuan yang diinginkan India.
Setiap pemerintahan dan pemimpin Pakistan, sipil maupun militer, selama tujuh dekade terakhir telah menolaknya."
Dalam bukunya tahun 2003 "Kashmir: Roots of Conflict, Paths to Peace", Prof Bose menulis: "Penyelesaian konflik Kashmir memerlukan transformasi LoC — dari tirai besi yang penuh kawat berduri, bungker, parit, dan militer yang bermusuhan menjadi tirai linen.
Realitas politik menyatakan bahwa perbatasan itu akan tetap permanen (meskipun kemungkinan diberi nama lain), namun harus dapat dilampaui tanpa dihapus."
"Saya menekankan bahwa transformasi LoC seperti itu harus menjadi bagian dari penyelesaian Kashmir yang lebih luas, sebagai salah satu pilar dari penyelesaian multi-pilar," katanya kepada BBC.
Antara 2004 hingga 2007, menjadikan LoC sebagai perbatasan lunak adalah inti dari proses perdamaian India-Pakistan yang masih dalam tahap awal — proses yang pada akhirnya runtuh.
Kini, perbatasan itu kembali memanas, menghidupkan kembali siklus kekerasan dan ketidakpastian bagi mereka yang tinggal dalam bayangannya.
"Kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tidak ada yang ingin tidur menghadap Garis Kontrol malam ini," kata seorang pegawai hotel di wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan kepada BBC Urdu saat permusuhan baru-baru ini terjadi.
Itu adalah pengingat yang sunyi betapa rapuhnya damai saat jendela rumahmu menghadap medan perang. (*)