Makassar Mulia
Kota Makassar Komitmen Dalam Kreatifitas

Sosok Om Betel Alumnus UMI Tantang Hercules Bertarung dalam Tradisi 'Sitobo Lalang Lipa'

Andi Jamal yang akrab di sapa Om Bethel mengajak duel Pertarungan dalam sarung (dalam bahasa Bugis: Sigajang Laleng Lipa atau Sitobo Lalang Lipa).

|
Penulis: Faqih Imtiyaaz | Editor: Saldy Irawan
ISTIMEWA/Medsos
SITOBO LALANG LIPA  - Ilustrasi. Pelestarian Budaya Sitobo Lalang Lipa di Kabupaten Jeneponto beberapa tahun lalu. Tradisi ini kembali viral usai tantangan Bethel ke Hercules 

TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Mantan aktivis Mahasiswa UMI Makassar Andi Jamal Kamaruddin sedang viral menantang Ketua Umum GRIB Hercules.

Andi Jamal yang akrab di sapa Om Bethel mengajak duel Pertarungan dalam sarung (dalam bahasa Bugis: Sigajang Laleng Lipa atau Sitobo Lalang Lipa).

Tradisi ini umumnya digunakan untuk menyelesaikan masalah atau pertikaian saat semua upaya damai telah gagal.

Tradisi ini melibatkan dua pria yang bertarung di dalam sebuah sarung, menggunakan badik (senjata tradisional).

Budayawan Sulsel Azis Nojeng melihat tradisi 'Sitobo Lalang Lipa' memang tertulis dalam lontara di Kabupaten Gowa.

Hanya saja, tradisi ini tidak sepenuhnya dilakukan masyarakat Sulsel di seluruh daerah.

Sitobo Lalang Lipa menjadi cara terakhir menyelesaikan masalah antara dua pihak yang berselisih.

"Tidak semua daerah melakukan itu, saya ragu juga katakan budaya. Nyaris hanya beberapa daerah yang lakukan. Bugis ada tapi tidak semua bugis juga yang lakukan itu, mungkin Bone ada," kata Azis Nojeng pada Rabu (7/5/2025).

"Tapi dalam lontara bilang di Kabupaten Gowa ada dituliskan itu karena ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan kecuali perkelahian," lanjutnya.

Dalam tradisi tersebut, Azis Nojeng mengaku ada siri' (harga diri) yang diperjuangkan.

Pembuktiannya pun dipertaruhkan dalam pertarungan didalam sarung tersebut.

"Itupun kenapa sitobo lalang lipa disitumi dilihat siapa jago membuktikan kesaktian. Mungkin ada siri yang ingin diselesaikan, atau ada persoalan urgent untuk diselesaikan, tidak ada cara lain selesaikan," jelasnya.

Pemilihan sarung pun punya alasan khusus.Lipa atau sarung dinilai menjadi wadah yang membuat kedua pihak tidak bisa melarikan diri.

Kedua pihak harus menyelesaikan permasalahannya dengan sebilah badik dan dalam lingkaran sarung tersebut.

"Menurut tuturan orangtua saya pernah terjadi 3 hari 3 malam dan tidak ada kalah dan menang Tapi persoalan itu selesai. Mereka bersepakat saudara sehidup semati tidak ada lagi persoalan," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Timur
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Medium

Large

Larger

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved