Pemilih tidak akan mendapatkan informasi yang berimbang dan memadai untuk membuat keputusan politik yang rasional.
Dalam teori Spiral of Silence (Noelle-Neumann, 1974), individu yang memiliki pendapat berbeda dengan narasi pemerintah mungkin akan memilih diam karena takut dikucilkan atau bahkan diintimidasi.
Hal ini menciptakan ilusi kesepakatan massal, padahal sebenarnya ada banyak suara kritis yang tidak terdengar.
Dari perspektif komunikasi politik, penggabungan antara oligarki, dinasti nepotis, dan pemerintahan yang bercirikan otoritarianisme dapat menciptakan kondisi di mana demokrasi menjadi semu.
Media, sebagai pilar demokrasi keempat, kehilangan fungsinya sebagai penyampai kebenaran dan justru menjadi alat propaganda.
Komunikasi politik yang seharusnya membuka ruang dialog justru menjadi instrumen sebagai kontrol sosial.
Dalam situasi seperti itu, langkah-langkah untuk melindungi demokrasi perlu difokuskan pada membangun kembali kebebasan pers, memperkuat masyarakat sipil, melalui ormas dan LSM serta menciptakan ruang publik yang sehat untuk diskusi politik.
Jika tidak, demokrasi hanya akan menjadi topeng bagi kekuasaan segelintir elit yang terus berupaya melanggengkan kekuasaannya melalui manipulasi komunikasi politik.
Wallahu a’lam bisawwabe(*)