Seperti apa visi Pangan Berdaulat?
Asman: Bone adalah salah satu daerah penyangga pangan nasional, dengan komoditas utama seperti padi dan jagung. Untuk mewujudkan kedaulatan pangan, kami akan melakukan beberapa langkah strategis. Pertama, memastikan kesiapan tanam, mulai dari ketersediaan benih, pupuk, hingga dukungan teknologi pertanian.
Kedua, memperkuat proses budidaya agar produktivitas meningkat. Dan yang ketiga, fokus pada pasca-panen, termasuk strategi pemasaran dan industrialisasi produk pertanian agar nilai tambahnya bisa lebih besar bagi petani.
Bone sudah menunjukkan hasil, lima besar nasional hanya tinggal penguatan dan mempertahankan. Yang sedang dilaksanakan tanam serentak 1 juta hektare, Bone sudah posisi 38 ribu.
Perkuat rantai pasokan?
Asman: Kami ingin agar hasil pertanian Bone tidak hanya diproduksi dalam jumlah besar, tetapi juga memiliki pasar yang jelas dan stabil. Selain itu, ada program peningkatan indeks pertanaman melalui irigasi dan perpipaan agar lahan yang sebelumnya hanya bisa panen satu kali setahun bisa meningkat menjadi dua kali atau lebih. Dengan cara ini, kita bisa meningkatkan produksi tanpa harus membuka lahan baru, yang tentunya lebih efisien dan berkelanjutan.
Potensi lain?
Akmal: Selain pertanian dan peternakan, sektor perikanan dan kelautan juga memiliki potensi besar. Kabupaten Bone memiliki garis pantai sepanjang 120 km, yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan rumput laut, kepiting, dan perikanan tangkap.
Sektor peternakan juga sangat potensial, mengingat populasi sapi di Bone sangat besar. Namun, kita tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga sistem penjualannya. Kami ingin menciptakan sistem yang terintegrasi dari hulu ke hilir, termasuk adanya kontrak pembelian agar peternak memiliki kepastian harga.
Bagaimana membagi waktu?
Asman: Jujur saja, semakin hari semakin sulit membagi waktu. Kadang ada protes dari keluarga, tapi kami harus memberikan pemahaman bahwa tugas kami adalah melayani masyarakat. Sehari-hari, kami harus turun langsung ke lapangan untuk memastikan program berjalan dan masyarakat mendapat pendampingan yang dibutuhkan. Bone lumbung pangan tapi tidak bisa dipungkiri masih ada masyarakat yang bermasalah dengan gizi. Kita mempunyai kegiatan pendampingan dan edukasi.
Akmal: Memang waktu dengan keluarga jadi lebih terbatas, tapi yang penting adalah kualitasnya. Walaupun sebentar, komunikasi harus tetap baik. Kadang kalau ada sedikit waktu luang, kami manfaatkan untuk sekadar jalan-jalan atau healing tipis-tipis bersama keluarga.
(Tribun-Timur.com/hasriyani latif)