Wawancara Eksklusif Tribun Timur

Program 100 Hari Kerja Andi Asman-Akmal Pasluddin: Pastikan Layanan Dasar Berjalan Optimal

Penulis: Hasriyani Latif
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

GEBRAKAN PEMIMPN - Bupati dan Wakil Bupati Bone, Andi Asman Sulaiman (tengah)-Andi Akmal Pasluddin dalam Podcast Gebrakan Sang Pemimpin yang tayang di YouTube Tribun Timur, Minggu (23/2/2024). Mereka memaparkan seperti apa strateginya memajukan Bone.

TRIBUN-TIMUR.COM - Andi Asman Sulaiman-Andi Akmal Pasluddin memimpin Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan untuk lima tahun ke depan. 

Mereka percaya, sinergi antara birokrasi dan politik yang baik bisa jadi kunci keberhasilan pemerintahan.

Dalam Podcast Gebrakan Sang Pemimpin yang tayang di YouTube Tribun Timur, Minggu (23/2/2024), Asman dan Akmal memaparkan seperti apa strateginya memajukan Bone.

Dipandu Host Fiorena Jieretno, berikut petikan wawancaranya:

Perasaan dipercaya sebagai pemimpin?

Asman: Tentu sangat bersyukur kepada Allah SWT dan berterima kasih kepada masyarakat yang telah memberikan kepercayaan ini. Ini adalah amanah besar yang harus kami jalankan dengan sebaik-baiknya dalam lima tahun ke depan. Kami berharap kepercayaan ini terus terjaga dan dapat kami wujudkan dengan kerja nyata demi kebaikan bersama.

Akmal: Kami menyadari bahwa ini adalah tanggung jawab yang berat. Namun, dengan niat baik dan kerja sama antara pemerintah serta masyarakat Bone, kami yakin bisa membangun sinergi dan kolaborasi yang kuat untuk mewujudkan kemajuan daerah ini.

Filosofi tagline BerAmal?

Asman: Ini merupakan kombinasi dari nama kami berdua, tetapi juga memiliki makna yang lebih dalam. Beramal adalah sebuah doa agar setiap langkah yang kami ambil senantiasa bernilai ibadah dan membawa kebaikan bagi masyarakat.

Akmal: Selain menjadi slogan, ini juga menjadi pengingat bagi kami bahwa setiap tindakan harus memberikan manfaat dan diamalkan dengan tulus untuk kepentingan masyarakat.

Awal mula bertemu?

Asman: Kami sudah sering berinteraksi dalam tugas masing-masing. Saya dari birokrat, sedangkan Pak Akmal dari legislatif. Meskipun beliau berkiprah di tingkat nasional, kami sering berdiskusi terkait pembangunan daerah, terutama dalam sektor pertanian.

Kami sering bertemu dalam berbagai kegiatan, seperti reses dan kunjungan kerja. Hingga akhirnya, melalui survei kepercayaan masyarakat serta rekomendasi dari sembilan partai politik, kami sepakat untuk berkolaborasi dan maju bersama dalam Pilkada untuk membawa Bone menjadi lebih baik.

Kenapa ke eksekutif?

Akmal: Saya melihat ini sebagai panggilan untuk berbuat lebih banyak bagi masyarakat. Sebagai legislator, saya sudah berusaha mengawal kebijakan, tapi di eksekutif, saya bisa langsung mengeksekusi program untuk kesejahteraan masyarakat. Dengan latar belakang Pak Bupati yang seorang birokrat berpengalaman dan saya yang sudah empat periode di legislatif, kami bisa saling melengkapi dalam membangun Bone.

Adakah kesan berbeda?

Tentu ada perbedaan. Di legislatif, peran kami lebih luas dalam fungsi legislasi, penganggaran, dan pengawasan. Sementara sebagai pemimpin daerah, tanggung jawabnya lebih detail karena menyangkut keputusan dan kebijakan yang langsung dirasakan masyarakat setiap hari. Jika dulu saya berfokus pada pengawasan dan perencanaan, sekarang saya harus memastikan implementasi program berjalan dengan baik.

Momen paling berkesan saat ASN?

Asman: Setiap jabatan memiliki tantangan dan pembelajaran tersendiri. Yang paling berkesan bagi saya adalah bagaimana dari waktu ke waktu tanggung jawab semakin besar dan kesiapan kita pun harus meningkat. Saat menjadi sekretaris lurah atau kepala dinas, prinsip dasarnya tetap sama, yaitu melayani masyarakat dengan sebaik mungkin. Namun, ketika berada di tingkat yang lebih tinggi, cakupan kebijakannya menjadi lebih luas dan harus lebih matang dalam pengambilan keputusan.

Motivasi yang bisa Anda bagikan?

Asman: Saya selalu percaya bahwa setiap pekerjaan itu memiliki nilai jika dilakukan dengan penuh tanggung jawab. Prinsipnya sama, baik sebagai ASN maupun sebagai pemimpin daerah, yang membedakan hanya lingkup dan tantangannya. Yang terpenting adalah bagaimana kita terus meningkatkan kapasitas diri, berkolaborasi dengan berbagai pihak, serta menjaga komunikasi dan koordinasi, baik secara internal maupun eksternal.

Pandangan Anda sinergi birokrat-politikus?

Asman: Birokrasi dan politik itu sebenarnya saling beririsan, terutama dalam pelayanan publik. Saat di birokrasi, saya berfokus pada bagaimana sistem berjalan dengan baik. Sementara dalam politik, pendekatan lebih pada aspirasi masyarakat. Jadi, dengan pengalaman kami bisa saling melengkapi dan memperkuat kebijakan yang kami buat untuk kepentingan masyarakat.

Kunci keberhasilan pemerintahan adalah sinergi antara birokrasi dan politik. Kami ingin memastikan bahwa setiap kebijakan yang kami jalankan berbasis pada kebutuhan nyata masyarakat dan dapat dieksekusi dengan baik. Kami juga ingin membangun koordinasi yang erat, baik dengan pemerintah pusat maupun daerah, serta berbagai elemen masyarakat, agar hasilnya maksimal.

Nasihat khusus dari Mentan Amran?

Asman: Salah satunya adalah menjaga kesehatan, karena ini tugas yang berat dan membutuhkan stamina yang baik. Selain itu, beliau selalu mengingatkan bahwa jabatan itu adalah amanah sekaligus ujian. Artinya, jabatan bukan sekadar kebanggaan, tetapi tanggung jawab besar yang harus dijalankan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Ini yang selalu saya pegang teguh.

Bagaimana dengan Anda?

Akmal: Saya sudah lama mengenal beliau (Mentan Amran), terutama saat saya di Komisi IV DPR RI selama 10 tahun. Dedikasinya luar biasa dan itu menjadi inspirasi bagi saya. Nasihat yang beliau berikan kepada kami adalah agar selalu fokus dalam melayani masyarakat. Selain itu, beliau juga mengingatkan agar kami selalu bersinergi, baik di pemerintahan daerah maupun dengan pemerintah pusat, agar program yang dijalankan bisa lebih maksimal dan dirasakan langsung oleh masyarakat.

Program 100 hari kerja?

Asman: Dalam 100 hari kerja pertama, kami akan memaksimalkan masa transisi pemerintahan dengan memastikan kesinambungan program yang sudah berjalan. Beberapa prioritas utama kami antara lain adalah infrastruktur, terutama jalan yang menjadi akses utama masyarakat, pendidikan, serta kesehatan. Kami ingin memastikan layanan dasar ini bisa berjalan optimal sejak awal masa kepemimpinan kami.

Seperti apa visi Pangan Berdaulat?

Asman: Bone adalah salah satu daerah penyangga pangan nasional, dengan komoditas utama seperti padi dan jagung. Untuk mewujudkan kedaulatan pangan, kami akan melakukan beberapa langkah strategis. Pertama, memastikan kesiapan tanam, mulai dari ketersediaan benih, pupuk, hingga dukungan teknologi pertanian. 
Kedua, memperkuat proses budidaya agar produktivitas meningkat. Dan yang ketiga, fokus pada pasca-panen, termasuk strategi pemasaran dan industrialisasi produk pertanian agar nilai tambahnya bisa lebih besar bagi petani.
Bone sudah menunjukkan hasil, lima besar nasional hanya tinggal penguatan dan mempertahankan. Yang sedang dilaksanakan tanam serentak 1 juta hektare, Bone sudah posisi 38 ribu.

Perkuat rantai pasokan?

Asman: Kami ingin agar hasil pertanian Bone tidak hanya diproduksi dalam jumlah besar, tetapi juga memiliki pasar yang jelas dan stabil. Selain itu, ada program peningkatan indeks pertanaman melalui irigasi dan perpipaan agar lahan yang sebelumnya hanya bisa panen satu kali setahun bisa meningkat menjadi dua kali atau lebih. Dengan cara ini, kita bisa meningkatkan produksi tanpa harus membuka lahan baru, yang tentunya lebih efisien dan berkelanjutan.

Potensi lain?

Akmal: Selain pertanian dan peternakan, sektor perikanan dan kelautan juga memiliki potensi besar. Kabupaten Bone memiliki garis pantai sepanjang 120 km, yang bisa dimanfaatkan untuk pengembangan rumput laut, kepiting, dan perikanan tangkap.

Sektor peternakan juga sangat potensial, mengingat populasi sapi di Bone sangat besar. Namun, kita tidak hanya fokus pada produksi, tetapi juga sistem penjualannya. Kami ingin menciptakan sistem yang terintegrasi dari hulu ke hilir, termasuk adanya kontrak pembelian agar peternak memiliki kepastian harga.

Bagaimana membagi waktu?

Asman: Jujur saja, semakin hari semakin sulit membagi waktu. Kadang ada protes dari keluarga, tapi kami harus memberikan pemahaman bahwa tugas kami adalah melayani masyarakat. Sehari-hari, kami harus turun langsung ke lapangan untuk memastikan program berjalan dan masyarakat mendapat pendampingan yang dibutuhkan. Bone lumbung pangan tapi tidak bisa dipungkiri masih ada masyarakat yang bermasalah dengan gizi. Kita mempunyai kegiatan pendampingan dan edukasi.  

Akmal: Memang waktu dengan keluarga jadi lebih terbatas, tapi yang penting adalah kualitasnya. Walaupun sebentar, komunikasi harus tetap baik. Kadang kalau ada sedikit waktu luang, kami manfaatkan untuk sekadar jalan-jalan atau healing tipis-tipis bersama keluarga.

(Tribun-Timur.com/hasriyani latif)

Berita Terkini