Tak hanya Valyano Boni Raphael, Daftar Siswa SPN Polda Dikeluarkan Usai Lakukan Pelanggaran Berat

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

SPN POLDA JABAR - Valyano Boni Raphael saat sidang Komisi III DPR RI RDP dan RDPU, Kamis (6/2/2025). Valyano Boni Raphael dipecat dari SPN Polda Jabar sepekan sebelum dilantik jadi polisi.

TRIBUN-TIMUR.COM - Valyano Boni Raphael bukanlah siswa bintara pertama dipecat saat mengikuti pendidikan di Sekolah Polisi Negara (SPN).

Valyano merupakan siswa SPN Polda Jawa Barat.

Sebelum kasus Valyano viral, ternyata sudah ada kasus sebelumnya yaitu di SPN Polda Gorontalo pada tanggal 10 Desember 2021.

Mirisnya ada dua siswa SPN Polda Gorontalo yang dipecat.

Keduanya AIYS dan YYS. Mereka dikeluarkan lantaran melakukan pelanggaran berupa mental kepribadian.

Baca juga: Apa Itu NPD? Penyebab Valyano Boni Siswa Bintara SPN Polda Jabar Dipecat H-6 Sebelum Dilantik

Kepala SPN Polda Gorontalo kala itu masih dijabat Kombes Pol Agus Widodo, SIK.,M.H.

Sebelum dikeluarkan juga sudah diamati perilaku keseharian. Secara mental kepribadian sudah dikurangi sehingga tidak masuk dalam syarat untuk lulus.

Berbeda dengan kasus yang dialami Valyano Boni Raphael.

Ada sejumlah pelanggaran yang dilakukan Valyano Boni Raphael sehingga dikeluarkan dari SPN Polda Jawa Barat.

Kepala Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Jawa Barat, Kombes Dede Yudy Ferdiansyah, ia dipecat dari SPN Polda Jabar berdasarkan Surat Keputusan Kalemdiklat Polri Nomor SKEP/244/XII/2006 tanggal 29 Desember 2006.

Tentang Pedoman Pelaksanaan Pemberhentian dan Pengeluaran Peserta Didik dari Pendidikan Pembentukan Brigadir, Dikbangum, dan Dikbangspes Polri.

Surat itu memuat tiga aspek terkait penilaian siswa Bintara SPN Polda Jabar.

"Ada tiga aspek, ini tidak kumulatif, hanya per aspek. Pertama, aspek akademik. Kedua, aspek mental kepribadian dan yang ketiga adalah aspek kesehatan dan kesamaptaan jasmani," jelas Dede dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi III DPR RI, Kamis (6/2/2025), dikutip dari TV Parlemen.

Menurut Dede, ada empat pelanggaran yang dilakukan Boni, di mana dua di antaranya merupakan pelanggaran berat.

Seperti berbohong mengenai perawatan di RS Siloam Purwakarta dan insiden pemukulan yang disebut SPN Polda Jabar, merupakan karangan Boni.

Dalam paparan yang disampaikan Dede, tertuliskan Boni dirawat di RS Siloam Purwakarta dan RSB Sartika Asih berdasarkan kemauan sendiri, bukan rekomendasi dokter terkait.

"Siswa Valyano telah dirawat di RS Siloam Purwakarta dan RSB Sartika Asih, bukan atas rekomendasi dari dokter terkait, melainkan atas dasar kemauan sendiri," bunyi paparan itu.

 Kebohongan kedua, adalah saat Boni mengaku dipukul oleh orang tidak dikenal menggunakan sapu lidi.

Tetapi, menurut kesaksian seorang rekannya, PS, ia mengaku diminta Boni memukul punggung Boni bagian belakang, untuk ditunjukkan kepada orang tuanya.

"Yang Bersangkutan mengarang cerita seolah-olah mendapatkan penindakan pemukulan dari orang tidak dikenal yang menggunakan topi dan masker."

Namun hasil pemeriksaan Provos terhadap saksi siswa PS, menerangkan PS disuruh oleh siswa Valyano untuk memukul punggung bagian belakang menggunakan sapu lidi.

Dengan alasan ingin ditunjukkan kepada orang tuanya.

Bahkan menurut kesaksian PS, ia diminta Boni berbohong dengan berkata pada orang tua Boni, sang anak dipukul di bagian pipi.

"Siswa Valyano menyuruh siswa PS saat nanti bertemu orang tua Yang Bersangkutan, untuk memberi tahu bahwa Yang Bersangkutan habis dipukul di bagian pipi," bunyi kesaksian PS.

Selain PS, siswa lainnya, RAR, mengaku melihat Boni baik-baik saja saat berada di Poliklinik.

"Berdasarkan keterangan Siswa RAR, justru saat kejadian pemukulan, Siswa RAR melihat Valyani sedang tertidur di Poliklinik dan baik-baik saja."

Selain itu, ia juga mengajak rekan-rekannya bolos apel hingga tak takut dikeluarkan.

Boni disebut memprovokasi teman-temannya untuk tidak mengikuti kegiatan apel dan pembinaan fisik.

Hal ini diketahui lewat pemeriksaan Provos yang tertuang dalam berita acara saksi.

Selain itu, Boni juga disebutkan, pernah berkata tidak takut jika harus dikeluarkan dari SPN Polda Jabar.

Sebab, kata dia, ayahnya yang bertugas di Mabes Polri, tidak sebanding dengan SPN.

"Siswa Valyano pernah mengatakan bahwa tidak takut dikeluarkan dari SPN Polda Jabar karena orang tua atau ayah Boni dinas di Mabes Polri," bunyi paparan dari SPN Polda Jabar.

Ia mengatakan SPN tidak seimbang dengan ayahnya," bunyi paparan dari SPN Polda Jabar.

Pelanggaran terakhir yang disebutkan SPN Polda Jabar adalah pelanggaran ringan berupa remedial mata pelajaran.

Menurut paparan SPN Polda Jabar, Boni menjalani remedial untuk lima dari total 24 mata pelajaran.

Lima mapel itu adalah perundang-undangan, Hak Asasi Manusia, Tindakan Pertama Tempat Kejadian Perkara (TPTKP), Tindak Pidana Ringan (Tipiring), dan Reserse.

Diketahui, pemecatan Boni menyita perhatian publik.

Sebab ia diberhentikan dari SPN Polda Jabar menjelang pelantikan.

Ia disebutkan mengidap Narcissistic Personality Disorder (NPD), yang menjadi salah satu faktor dirinya dipecat.

Profil Valyano Boni Raphael 

Valyano Boni Raphael merupakan anak dari AKBP Bonifansius dan Veronica Putri Amalia.

Valyano Boni Raphael adalah siswa Bintara di SPN Polda Jabar yang saat ini namanya sedang disorot.

Valyano Boni Raphael dikeuarkan dari SPN sejak tanggal 3 Desember 2024.

Surat pemberhentian Valyano Boni Raphael dikeluarkan H-6 atau seminggu sebelum dilantik.

Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi II DPR RI, Ibu Valyano Boni Raphael, Veronica Putri Amalia mengungkap bahwa anaknya sempat dinyatakan mengalami gangguan jiwa.

Saat pemaparan ketika diberhentikan tanggal 11 Desember 2024, bagian psikologi Polda Jabar menyatakan bahwa Valyano Boni Raphael mengalami Narcissistic Personality Disorder (NPD).

NPD disebut mengalami gangguan mental atau NPD.

NPD adalah kondisi mental di mana seseorang memiliki perasaan yang berpusat pada kepentingan dirinya sendiri.

Orang yang memiliki gangguan kepribadian tersebut juga biasanya memiliki kebutuhan yang dalam untuk diperhatikan dan dikagumi, serta kurang bisa berempati terhadap orang lain.

Namun di balik rasa percaya diri yang berlebihan, orang dengan NPD sebenarnya memiliki perasaan yang rapuh yang rentan terhadap kritik sekecil apapun.  

Satu di antara kriterianya karena Valyano Boni Raphael berteriak berbeda dengan siswa lain ketika berlari.

 

 

 

 

 

Berita Terkini