Wawancara Eksklusif Tribun Timur

Berantas Stunting Bukan Hanya Urusan Pemerintah

Penulis: Hasriyani Latif
Editor: Hasriyani Latif
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

CEGAH STUNTING - Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel, Hariani Djompa (kanan) dan Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said (tengah) dalam Podcast Spesial HGN di studio Tribun Timur, Jumat (31/1/2025). Dalam pemaparannya, ereka memaparkan peran pemerintah dan lembaga non-pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan gizi seimbang untuk cegah stunting.

Bagaimana dengan tablet tambah darah?

Hariani: Remaja putri di Sulsel yang mengonsumsi tablet tambah darah masih sekitar 58 persen. Butuh sosialisasi massif manfaat konsumsi tablet ini. Program Minum Tablet Tambah darah Serentak menyasar sekolah-sekolah (mulai SMP), minum sekali sepekan tiap Jumat.

Sudah berjalan berapa lama?

Hariani: Sudah dua tahunan. 

Dukungan ke program MBG?

Surahmansah: Makan Bergizi Gratis (MBG) sangat bagus. Luar biasa perhatian pemerintah untuk masyarakat. Kami sangat support lewat edukasi. Tujuannya agar penerima program paham seperti ini porsi ideal untuk anak SD, SMP, dan SMA. Yang kami dengar program ini juga nantinya kan menyasar ibu balita/ibu menyusui.
Lalu sanitasi, perlu cuci tangan sebelum makan, keamanan pangan. Prinsipnya kami akan support penuh program ini dan melihat posisi mana yang akan dikuatkan.

Peran dinas?

Hariani: Kami lihat dulu peran Dinkes seperti apa. Program MBG ada dua hal, makanan dan edukasi. Kemarin juga sudah ada suray edaran peran Dinkes dalam program ini. Kami lebih banyak ke pengawasan, seperti penyiapan makanan, ketahanan pangan, Kesehatan lingkungan.

Inovasi terbaru Dinkes Sulsel?

Hariani: Sudah berjalan satu tahun. Ada 5 lokus dalam satu desa. Pemilihan esa dengan pertimbangan tingginya angka stunting. Bagaimana masyarakat memilih makanan bergizi. Kami fasilitasi mereka mengatur menu. Bergizi bukan berarti mahal. Makanan berbasis lokal itu yang dimunculkan di menu, sehingga mereka punya pengetahuan mengolah makanan dari bahan lokal yang ada.
Tahun 2024 ada 120 lokus untuk 24 kabupaten/kota, berharap tahun ini ada pengembangan lagi.(*)

Berita Terkini