TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Hari Gizi Nasional (HGN) diperingati tiap 25 Januari.
Tujuannya menyebarluaskan informasi kepada masyarakat tentang pentingnya memilih dan mengonsumsi makanan bergizi.
Dalam Podcast Spesial HGN Tribun Timur edisi Jumat (31/1/2025) hadir Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Sulsel, Hariani Djompa dan Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said.
Mereka memaparkan bagaimana peran pemerintah dan Lembaga non-pemerintah dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asupan gizi seimbang.
Dipandu Host Fiorena Jieretno, berikut petikan wawancaranya:
Jenewa Institute seperti apa?
Surahmansah: Lembaga non pemerintah atau NGO lokal bergerak di bidang Kesehatan masyarakat, salah satunya gizi. Lembaga ini berdiri sejak 2020 dan menjadi mitra pemerintah/Dinkes dalam berbagai program diantaranya penguatan gizi di Sulsel. Kami bermitra sudah masuk tahun kelima dengan Dinkes Sulsel, UNICEF Indonesia, dam Tanoto Foundation.
Konsep makanan bergizi?
Surahmansah: Makanan dengan gizi seimbang. Beda usia beda porsi. Setiap individu punya porsi berbeda-beda sesuai kebutuhan. Kalau dulu ada istilah 4 Sehat 5 Sempurna itu sudah tidak digunakan. Sekarang lebih ke gizi seimbang.
Hariani: Konsep gizi seimbang diramu sedemikian rupa sehingga ada yang namanya Isi Piringku. Ini memudahkan masyarakat untuk mengetahui porsi karbohidrat, protein dan lainnya.
Makna tema hari gizi?
Hariani: Tahun ini mengusung tema Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat Menuju Indonesia Emas 2045. Tema ini mengajak elemen masyarakat untuk berkontribusi dalam menciptakan generasi yang siap menghadapi tantangan global.
Tema ini menekankan pentingnya pola makan dan bergizi sebagai kebutuhan individu dan investasi jangka panjang bagi generasi pelanjut Bangsa Indonesia. Dengan memilih makanan bergizi, masyarakat tidak hanya memenuhi kebutuhan nutrisi sehari-hari, namun juga berkontribusi pada generasi akan datang.
Status gizi masyarakat Sulsel?
Hariani: Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia (SKI) tahun 2022 kondisi stunting lumayan tinggi di angka 27,04 persen. Di 2023, dari hasil pemantauan teman-teman di lapangan meski hasilnya belum keluar InsyaAllah akan turun. Ini menggambarkan status gizi balita di Sulsel.
Program yang akan dijalankan?