MAKASSAR, TRIBUN-TIMUR.COM - Badan Pengurus Wilayah (BPW) Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) Provinsi Sulawesi Selatan menggelar ziarah ke makam Datu Luwu ke-33 dan ke-36, Andi Djemma, di Taman Makam Pahlawan (TMP) Panaikang, Makassar, Sulsel, Kamis (23/1/2025).
Ziarah ini dilakukan untuk memperingati peristiwa bersejarah Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) yang jatuh setiap tanggal 23 Januari.
Sejumlah pengurus BPW KKLR Sulsel hadir dengan mengenakan jas dan batik khas KKLR.
Mereka membawa karangan bunga untuk ditaburkan di makam Pahlawan Nasional tersebut sambil mengirimkan doa.
Acara dimulai dengan upacara sederhana yang melibatkan puluhan praja Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) Kampus Sulsel.
Upacara tersebut dipimpin oleh Kasat Sena IPDN Sulsel, Hamzah Jalante, yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Bidang Pengembangan SDM dan Ketenagakerjaan BPW KKLR Sulsel.
Setelah memberikan penghormatan kepada para pahlawan di TMP Panaikang, rombongan melanjutkan agenda dengan menaburkan bunga di makam Datu Luwu Andi Djemma.
Sekretaris Umum KKLR Sulsel, Asri Tadda, menjelaskan bahwa 23 Januari merupakan tonggak sejarah perjuangan rakyat Luwu Raya.
"HPRL adalah bukti bakti dan kesetiaan rakyat Luwu Raya kepada tanah air. Datu Luwu Andi Djemma adalah tokoh sentral dalam peristiwa tersebut," kata Asri.
Datu Luwu Andi Djemma tercatat sebagai raja pertama di luar Pulau Jawa yang mengakui kemerdekaan Indonesia, hanya dua hari setelah proklamasi, yakni pada 19 Agustus 1945.
Sementara itu, pada 23 Januari 1946, rakyat Luwu melakukan perlawanan besar-besaran terhadap tentara KNIL/NICA yang mencoba merebut kembali kekuasaan di Indonesia.
Dalam peristiwa itu, rakyat berhasil menguasai Kota Palopo sebelum akhirnya mendapat serangan balasan dari tentara musuh.
"Datu Andi Djemma menjadi tokoh sentral perlawanan, meski akhirnya beliau harus berpindah-pindah tempat persembunyian dan tertangkap musuh," lanjut Asri mengatakan.
Selain memperingati HPRL ke-79, 23 Januari juga merupakan Hari Ulang Tahun (HUT) Kerukunan Keluarga Luwu Raya (KKLR) yang tahun ini memasuki usia ke-69.
"Organisasi KKLR didirikan pada 23 Januari 1956, tepat 10 tahun setelah HPRL. Kedua momentum ini adalah simbol perjuangan rakyat Luwu Raya melawan penjajah," ungkap Asri.