Opini

Pemikiran Gubernur Amiruddin Melampaui Zaman Dan Relevansinya Kini

Editor: Sudirman
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Andi Yahyatullah Muzakkir Founder Sekolah Kota dan Anak Makassar Voice

Oleh: Andi Yahyatullah Muzakkir

Founder Anak Makassar Voice dan Sekolah Kota

TRIBUN-TIMUR.COM - Sulawesi Selatan hari ini merindukan tokoh yang memiliki banyak keteladanan. Hal ini ditandai oleh dua generasi yang menjabat sebagai Gubernur tersandung sebuah kasus korupsi. 

Padahal kalau bahasan kita tentang Gubernur maka itu menjadi cerminan SulSel, juga menjadi wajah manusia kita yang mewakili kita di Sulawesi Selatan, kancah nasional dan global.

Tentang tokoh-tokoh teladan di SulSel antara lain Jenderal M Jusuf, Baharuddin Jusuf Habibie, Baharuddin Lopa, Karaeng Pattingaloang, termasuk Gubernur Achmad Amiruddin.

Terkhusus tulisan ini kita akan banyak mengulas Gubernur Achmad Amiruddin yang secara riwayat dan rekam jejaknya mencerminkan keteladanan seperti integritas, dedikasi, kiprah sosial, terkhusus sekali jejak pemikiran.

Membicarakan tokoh-tokoh penting seperti halnya Gubernur Achmad Amiruddin, bagi saya satu dari sedikit tokoh yang memberi kita kebanggaan sebagai manusia SulSel pada kancah perpolitikan nasional dan global.

Apalagi, beliau menjadi semacam peletak dasar perubahan dengan gagasan besar yang pernah menjadi jejak-jejak pemikirannya.

Adapun jejak-jejak pemikiran Gubernur Achmad Amiruddin yang dikenal sebagai trikonsepsi, dimana betul-betul fundamental membawa perubahan di SulSel, antara lain,

Pertama, perubahan pola pikir. Diskusi ini mungkin menjadi awal Gubernur Achmad Amiruddin dalam membahas masalah-masalah yang terjadi di SulSel.

Hal tersebut yang mungkin kita kenal dengan tudang Sipulung, hal mana pada saat itu berkumpulnya akademisi, pemikir dan budayawan membahas satu topik tentang masalah-masalah yang terjadi.

Sehingga timbul gagasan besar, rancangan dan kerangka kerja dalam menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada. 

Pada saat yang sama Gubernur Achmad Amiruddin juga adalah seorang profesor dan mantan rektor Unhas. Ini menandakan bahwa beliau punya rekam jejak sebagai akademisi lalu menjabat sebagai Gubernur.

Kedua, pewilayahan komoditas, sehingga pemikiran kedua yang timbul dari trikonsepsi ini adalah pewilayahan komoditas.

Di mana mendorong daerah-daerah yang ada di SulSel dengan potensi daerah yang di miliki berdasarkan geografi dan kesuburan tanahnya.

Tujuan dari pewilayahan komoditas ini melahirkan komoditas-komoditas unggulan yang menjadi karakter dan ciri khas dari daerah-daerah tersebut.

Ketiga, petik olah jual. Ini bisa kita katakan sebagai gagasan yang amat maju, visioner dan bahkan melampaui zaman.

Karena, hari-hari ini pemerintah pusat telah menggaungkan hilirisasi, tapi jauh sebelum itu SulSel telah lebih dulu memulai dan menjadi pelopor gagasan ini  melalui kebijakan Gubernur Achmad Amiruddin.

Petik olah jual ini sangat berdampak signifikan secara perekonomian sebab ada nilai tambah dari komoditas-komoditas unggulan yang di kelola tiap daerah.

Artinya, tiga konsep di atas saling terkait, terhubung dan saling berkesinambungan satu sama lain. Trikonsepsi ini juga berhasil menghindarkan SulSel dari krisis yang melanda Indonesia pada masa orde baru.

Artinya, di anggap sukses sebagai suatu kebijakan publik yang amat visioner dan menyelesaikan masalah mendasar.

Akhirnya, lahir satu kesimpulan dasar agar SulSel kembali diperhitungkan dan kembali memberi kebanggaan bersama perlu kiranya mengingat kembali torehan-torehan sejarah, masa keemasan, dengan menghidupkan kembali keteladanan-keteladanan yang pernah unggul dan jadi acuan.

Hadirnya tokoh-tokoh SulSel yang punya integritas dan pemikiran layaknya Gubernur Achmad Amiruddin.

Terakhir, trikonsepsi adalah satu gagasan visioner oleh Gubernur Acham Amiruddin. Dan itu masih sangat relevan hingga hari ini.

Ke semua ini penting untuk menjadi catatan pemerintahan baru SulSel yang telah memenangkan kontestasi pemilihan Gubernur, guna membangun kehormatan dan kebanggaan manusia Sulawesi Selatan.

Berita Terkini