Profil Prof Qasim Guru Besar UIN Alauddin Sindir Keras Rektor Gegara Uang Palsu, Berpengaruh Besar

Editor: Ansar
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Profil dan kehebatan Prof Qasim Mathar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar berani sindir keras Rektor, Prof Hamdan Juhannis.

Fenomena ini seringkali menjadi pelatuk sentimen rasial dan konflik politik.

Awalnya hal ini sebenarnya muncul dalam bentuk simbol-simbol, seperti cara berpakaian, artikulasi keseharian, dan penampilan fisik.

Pada saat yang sama, muncul pula fenomena “habibisme”, ketika sebagian figur dari kalangan keturunan Nabi Muhammad SAW mengklaim diri sebagai pemandu umat.

Hingga mereka memasuki arena permainan politik praktis.

 Sebagai penanggap, Prof Dr H Qasim Mathar mencoba menuangkan pemikirannya tentang bahasa Arab sebagai identitas dan esensi ke Araban.

Dari judul yang diambil sang penulis, menurut Prof Qasim Mathar seperti halnya berusaha mengilusikan fakta.

Dimana Habib itu faktanya adalah Arab, sebagaimana sub judul dari bukunya "Saya Habib Saya Indonesia"

"Kalau bahasa Arab ingin ditegaskan sebagai identitas dan esensi ke Araban. Kenapa Allah SWT mau merontokkan bahasa Arab dengan Surah Al Baqarah khususnya ayat 23-24," ucap Prof Dr H Moch Qasim Mathar

"Dengan menutup pintu bagi penutur bahasa Arab untuk sanggup membuat sepatah kata guna menandingi atau mendampingi Al Quran," sambungnya.

Dirinya pun menanggapi bahwa penutur Arab pada kenyataanya mampu menandingi dengan membuat ayat.

Namun, legitimasi ayat tersebut selalu bersandar pada sejarah. Sebab juri dari penurut Arab tentu adalah sejarah.

"Bahasa dari identitas ke Araban, mengapa Surah Al Baqarah 23-24 seperti mau menutup kemungkinan penutur bahasa Arab memang sanggup menandingi, selalukan bikin ayat tapi tidak ada jurinya. Jurinya sejarah," terang Prof Moch Qasim Mathar.

"Seperti ditulis buku ini bahwa surah Al Baqarah ayat 23-24 sebagai dalil untuk menunjukkan bahwa bahasa adalah identitas, Menurut saya tidak demikian," Tegasnya.

Prof Moch Qasim Mahtar mencoba mengkaji makna dari surah Al Baqarah ayat 23.

"Kalau kita perhatikan ayat 23, awalnya mengatakan, sekiranya kamu dalam keraguan. Kenapa dia tidak mengatakan bahwa sekiranya kamu mampu. Keraguan itu bisa dilawan keyakinan. Di akhir ayat dibilang lagi, jika kamu benar. benar itu lawannya batil," ucap Prof Moch Qasim Mahtar

"Mestinya kalo soal bahasa kemampuan penutur Arab tidak mampu menyaingi Al Quran, mestinya diakhir ayat ini dikatakan kalau kamu tidak sanggup. Tapi dikatakan jika kamu orang-orang yang benar," sambungnya

Meskipun begitu, Prof Qasim sependapat bahwa bahasa merupakan bagian dari identitas Arab

"Keterangan saya ini meskipun demikian, tapi tidak menolak, tapi sependapat dengan perjuangan keras penulis bahwa bahasa adalah identitas Arab," sambungnya

Kemudian, dirinya juga mengaitkan fenomena kebahasaan dan penandanya di masyarakat

Fenomenanya, kemampuan berbahasa bukan berarti mencerminkan identitas seseorang dari kebahasaan saja.

Sebab, faktor lain seperti perawakan juga memiliki peran penting selain kebahasaan.

"Kedua, sekalipun anda fasih dalam bahasa daerah misalnya bahasa bugis sehingga anda dibisa hidup nyaman damai melebur dan lincah dengan berbagai komunitas, tapi warga dikomunitas tetap bilang anda Cina," ujar Prof Qasim

Sembari membaca, Prof Qasim Mathar turut mengomentari terkait asimilasi budaya dalam perspektif kebahasaan.

"Seperi dikatakan kang jalal, bahasa memang kunci asimilasi paling cepat dan nyata oke saya setuju. Tapi kemahiran berbahasa orang lain bukan arab juga bisa menjadi asimilasi paling cepat dan nyata untuk menipu orang lain," Ujar Prof Qasim Mathar.

"Oh ada itu orang Arab luar biasa, satu minggu bisa beradaptasi, tapi hari kedelapan menipu. Orang Arab penipu," sambungnya

Menurut Prof Qasim Mathar, Inilah yang ingin dilawan oleh penulis dalam membuat karyanya

"Tapi, saya mengerti ini yang mau dilawan oleh penulis dengan 25 bab. Saya Salut," jelas Prof Qasim Mathar

Kajian ini menghadirkan lima tokoh akademisi dan juga penulis.

Pertama, tentu saja hadir Musa Kazhim Alhabsy.

Kemudian penanggap hadir, Prof Dr H Moch Qasim Mathar.

Dirinya merupakan Guru Besar di Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Ada juga Presiden Direktur Mizan Grup Haidar Bagir.

Lalu, Dr Habib Eka Nusantara yang merupakan Direktur Pusat Kajian Nusantara.

Serta Prof Dr Ahmad M Sewang Guru Besar UIN Alauddin

Kajian ini dipandu oleh Dosen Sastra Arab Universitas Hasanuddin Supratman PhD

Profil Prof Qasim Mathar dikutip https://afi.fuf.uin-alauddin.ac.id/guru_besar.

Nama: Prof. Dr. H. Moch. Qasim Mathar, MA.

NIP: 19470821 197703 1 001

Pangkat/Golongan: Pembina Utama Madya - IV/e

Jabatan Fungsional: Guru Besar

Mata Kuliah Binaan: Ilmu Pemikiran Modern Dalam Islam. 

Kronologi uang palsu

Pabrik uang palsu terbongkar di kampus II Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin, Makassar.

Kampus II UIN Alauddin berada di  Jl HM Yasin Limpo, Kelurahan Romangpolong, Kecamatan Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).

Terbongkarnya pabrik uang palsu di UIN kini viral di media sosial.

Polisi disebut telah menggerebek gedung perpustakaan UIN Alauddin tempat memproduksi uang palsu.

Uang palsu diproduksi diperkirakan sudah mencapai ratusan juta.

Baca juga: Suasana Terkini Perpustakaan Kampus II UIN Alauddin Makassar, Diduga Jadi Lokasi Pabrik Uang Palsu

Namun tak ada police line atau garis polisi terpasang disekitar perpustakaan UIN Alauddin.

Sejumlah mahasiswa tetap beraktivitas seperti biasanya di kampus UIN Alauddin.

Pengungkapan peredaran uang palsu berawal saat polisi mengamankan seorang terduga pelaku.

Pelaku melibatkan pegawai kampus UIN Alauddin.

Kapolsek Pallangga Iptu Firman mengaku kasus tersebut telah ditangani Polres Gowa.

"Di Polres (yang tangani), komunikasi  dengan bapak Kapolres atau Kasat Reskrim," ujarnya kepada wartawan

Sementara Kasat Reskrim Polres Gowa, AKP Bahtiar tak menampik hal tersebut.

"Sabar dulu ya," katanya, Sabtu (14/12/2024)

Kasus dugaan peredaran dan produksi uang palsu ini masih dalam pengembangan pihak kepolisian.

Sementara Rektor UIN Alauddin Makassar Prof Hamdan Juhannis, tak ingin berspekulasi soal uang palsu di UIN Alauddin.

Pihaknya masih menunggu hasil penyelidikan polisi.

"Maaf, saya belum bisa menyampaikan (informasi) apa-apa, karena belum ada penyampaian resmi dari polisi ke kampus," kata Prof Hamdan.

Menurut Hamdan, jika terbukti melakukan tindak kriminal maka sanksi akademik yang tegas akan diambil.

"Kami tegaskan bahwa pelaku yang ditangkap adalah murni oknum," katanya.

Apalagi nformasi yang menyebar di media hanyalah desas-desus. 

Polisi belum mengeluarkan pernyataan detail kasus ini.

Begitupula tak ada penyampaian resmi dari polisi ke pihak kampus. 

"Pihak kampus menunggu penyampaian resmi polisi dan bila terjadi pelanggaran hukum, kami akan memberikan sanksi tegas kepada pelaku yang bersangkutan," ujarnya.

Mahasiswa: Kami Baru Tau

Seorang mahasiswa mengaku baru mengetahui kabar dugaan uang palsu itu setelah viral di sosial media (sosmed)

"Iye baru tahu setelah viral bilang ada uang palsu beredar," ujarnya.

Apalagi ia tidak pernah melihat polisi melakukan penggerebekan di kampus UIN Alauddin Makassar.

"Kita baru tahu setelah viral ini di sosmed," kata mahasiswa itu saat ditemui di kantin rusunawa depan perpustakaan Syekh Yusuf Kampus UIN Alauddin Makassar.

Berita Terkini