TRIBUN-TIMUR.COM, MAKASSAR - Syekh Sayyid Abd Rahim Assegaf atau Puang Makka resmi mengundurkan diri dari Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Sahabat Puang Makka, Amir Muhiddin mengaku prihatin mendengar keputusan ini.
Dirinya pun mencoba menganalisis kondisi yang terjadi di Indonesia.
"Sebagai warga dan sahabat mendengar pernyataan ini bagi saya cukup prihatin. Saya baca pernyataan ini masalah lahir karena menurut saya ada hilang di republik ini," kata Amir Muhiddin di Ras Center, Jl Baji Bicara, Makassar, Selasa (10/12/2024
"Kehilangan ini membuat banyak organisasi konflik, baik itu perguruan tinggi. Apa yang hilang itu adalah kearifan lokal," lanjutnya.
Kearifan lokal yang hilang menurutnya ada dibalik keputusan mundurnya Puang Makka.
Dirinya mencontohkan momen saat Puang Makka kerap berkunjung ke Jakarta namun urung bertemu dengan ketua PBNU sebab banyak hal.
"Bayangkan saja saat puang ke Jakarta dengan mengeluarkan waktu, tenaga dan uang, tidak ketemu PB. Begitu PB ke Makassar, tidak ketemu puang lagi. Beberapa kali terjadi, dan ini menimbulkan rasa tidak," katanya.
Bagi orang Sulsel, Amir Muhiddin mengaku ada nilai yang hilang.
Baca juga: BREAKING NEWS: Puang Makka Resmi Mundur dari Mustasyar PBNU
"Menurut saya itu hilang. Sipakainge, sipakatau, sipakalebbi," tegasnya.
Amir Muhiddin mendoakan keputusan Puang Makka bisa berdampak positif bagi banyak hal lainnya.
Terlebih dalam mensyiarkan islam ke umatnya hingga mengurus pesantrennya.
"Semoga pengunduran diri puang benar-benar bisa memberikan kontribusi pada pesantren dan umat. Lebih dari itu semoga Puang seperti pernyataannya tetap mengalir darah NU. Ini penting diangkat ke permukaan. Yaitu kearifan lokal," jelas Amir Muhiddin.
Pesan khusus pun disampaikan Puang Makka kepada seluruh pengurus hingga Jemaah NU.
"Selalu saya sampaikan ke siapapun nahdiyyin dari ranting, cabang, wilayah, bahwa tolong NU perlu diurus jangan selalu bertemu hanya sekali lima tahun. Nanti mau muktamar baru aktif, mau muswil baru aktif," jelas Puang Makka.