Menurutnya, harusnya pihak rektorat turun berdialog, diskusi dengan mahasiswa.
“Bukan menurunkan aparat. Rektor seharusnya lebih banyak dialog dan diskusi dengan mahasiswa. Bukan mengintimidasi lewat aparat,” jelas Nurdin Amir.
Penangkapan paramahasiswa itu juga dikecam Direktur Lembaga Advokasi dan Pendidikan Anak Rakyat (LAPAR).
“Sangat kampungan. Di era reformasi masih ada kampus seperti ini, itu sangat memilukan,” tegas Direktur LAPAR M Iqbal Arsyad.
Menurutnya, penangkapan mahasiswa atas perintah pimpinan kampus itu akan memicu aksi solidaritas.
Kejadian di Kampus Unhas itu akan menjadi isu nasional karena para aktivis tidak akan tinggal diam, termasuk LAPAR.
Oleh karena itu, Iqbal meminta Kapolrestabes Makassar lebih bijak menyikapi kasus yang melibatkan dosen dan mahasiswanya, maupun pimpinan rektorat dengan mahasiswanya, atau dekanat dengan mahasiswanya.
“Ini kasus internal, akan menjadi kasus eksternal besar karena pelibatan polisi,” tegas Iqbal.
Kronologi Kericuhan di FIB Unhas
Informasi dihimpun, Presidium Kongres Keluarga Mahasiswa FIB Unhas Giandra Lolo buka suara terkait kronologi pembakaran.
Bermula dari aksi solidaritas diinisiasi Kosaster FIB Unhas merespon isu kekerasan seksual di FIB.
Aksi dimulai sekitar 14.47 Wita, saat itu massa aksi membentangkan spanduk didepan Aula Prof Mattulada.
"Pemasangan spanduk sebagai simbol perlawanan terhadap normalisasi kekerasan seksual dan sebagai tuntutan atas tanggung jawab institusi dalam menindak tegas pelaku dan melindungi korban," jelas Giandra dalam keterangannya Jumat (29/11/2024).
Dinamika aksi kemudian berubah sekitar pukul 17.00 wita.
Giandra mengaku ada massa dari luar FIB Unhas yang ikut dalam aksi tersebut.